Sukabumi Dikepung Patahan Gempa

SUKABUMI – Kondisi geologis dan geografis Kabupaten Sukabumi sangat berpotensi terjadi bencana gempa. Pasalnya, wilayah seluas di Jawa dan Bali ini, selain terdapat patahan sesar Cimandiri dan juga sesar Citarik, juga terdapat daerah subduksi di laut selatan Jawa Barat.

Berdasarkan data yang tercatat di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, terhitung sejak Januari sampai Agustus 2019, tedapat 73 kali guncangan gempa yang berasal dari patahan laut wilayah Sukabumi dengan magnitudo mulai dari 2,0 sampai 5,4 Skala Richter (SR).

Bacaan Lainnya

“Di Provinsi Jawa Barat ini, terdapat dua sumber gempa. Yakni, subduksi di laut selatan Jawa Barat dan sesar di darat. Iya (dua sumber gempa) ini semuanya ada di Sukabumi. Seperti, sumber potensi gempa tektonik yang disebabkan oleh aktivitas pergerakan lapisan batuan kulit bumi dan kekuatannya lebih besar dan dampaknya lebih luas,” jelas Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya kepada Radar Sukabumi.

Saat ini BMKG Bandung sudah melaksanakan monitoring mengenai gempa bumi di wilayah Jawa Barat. Seperti memasang delapan unit jaringan peralatan seismograf broadband yang tersebar mengelilingi Provinsi Jawa Barat. “Dengan alat ini, semua kejadian gempa di wilayah Jawa Barat akan terekam dengan baik,” bebernya.

Untuk peningkatan ketelitian, sambung Tony, BMKG Bandung akan menambah sebanyak 22 unit jaringan peralatan seismograf broadband untuk monitoring gempa mikro yang terjadi disekitar wilayah Jawa Barat. Alat ini, seluruhnya berfungsi dengan baik. Sehingga, saat terjadi aktivitas gempa bumi, BMKG siap selalu memberikan info gempa selama lima menit setelah kejadian gempa.

“Bila aktivitas gempa berpotensi tsunami, maka kami akan segera memberikan informasi peringatan dini kepada masyarakat sejak lima menit setelah gempa melalui aplikasi android yang bernama info Bmkg dan Facebook, Twitter dan jaringan komunikasi satelit ke BPBD. Intinya, BMKG merupakan lembaga penyedia informasi gempa dan tsunami di tingkat hulu,” aku Tony.

Menurutnya, saat ini perlu dilakukan bersama langkah mitigasi pengurangan resiko gempa secara bertahap dimulai dari yang kecil yang ada di disekitarnya. Diantaranya, menyusun rencana jalur evakuasi saat terjadi gempa ke tempat terbuka terdekat di halaman yang aman. “Selain itu, memeriksa kekuatan bangunan dan menata interior agar benda tidak jatuh saat gempa,” imbuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *