25 Anak Malaysia Nyantri di Sukabumi

25 Pelajar asal Negeri Malaysia mengikuti kegiatan di di Pondok Pesantren Salafi Terpadu Darussyifa Al-fitroh, Perguruan Islam Yaspida, Sukabumi. (foto: ist)

SUKABUMI – Sebanyak 25 Anak Malaysia belajar sekaligus jadi santri di Pondok Pesantren Salafi Terpadu Darussyifa Al-fitroh, Perguruan Islam Yaspida, Sukabumi. Ponpes yang berada di Kecamatan Kadudampit ini menunjukkan eksistensinya di kawasan Asia Tenggara dengan mempersilahkan pelajar dan mahasiswa di negara lain ikut bergabung untuk mendalami ilmu agama dan ilmu duniawi.

Penanggungjawab Satri Malaysia Enzon ZM mengatakan, untuk tahun ini pihaknya menerima pelajar dari Negeri jiran sebanyak 25 orang. Dengan dipercaya untuk mendidik puluhan Santri dari Negara lain menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para pengajar yang ada di Ponpes. Pasalnya kultur budaya dan bahasa mereka sedikit berbeda. Ke 25 anak Mahasiswa itu, belajar di berbagai jurusan, mulai dari jurusan bidang keahlian dan bidang bisnis dan lainnya.

Bacaan Lainnya

“Tahun ini ada 25 orang, 5 belajar di SMA Plus Yaspida, 15 Siswa belajar di SMK Terpadu 2 dan 5 orang bejalar di SMK terpadu I Yaspida. Mereka baru sebulan belajar dan diterima disini dengan jalur beasiswa yang diadakan di Negaranya, “jelas Enzon kepada wartawan, Selasa (17/9)

Meski dalam pelaksanaanya ada beberapa kendala seperti beradaptasi cuaca, lingkungan dan bahasa. Tentunya, mereka tetap siap dan terlihat nyaman dalam mengikuti beberapa pelajaran dan materi yang diikutinya. Rencananya, penerimaan siswa dari luar negara akan dilakukan secara berkelanjutan. Pasalnya, sebelumnya ponpes yang pernah dikunjungi oleh Presiden Jokowi ini menerima pelajar dari beberapa wilayah yang ada di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua.

“Saya merasa bangga dengan mereka. Karena semangatnya yang ditunjukan begitu tinggi. Dengan adanya mereka tentunya bisa membuat semangat baru bagi satri lain yang bersekolah disini, “tandasnya.

Sementara itu, salah satu pelajar dari Johor Baru Malaysia Fandi Zulandry (16) merasa senang bisa belajar di Indonesia. Meski, awal-awalnya merasa tidak betah karena lingkungan cuaca yang beda. Namun, seiring waktu dirinya bersama teman lainnya bisa beradaptasi dan mengikuti semua proses belajar. Bahkan berdasarkan pengakuannya, yang sebelumnya tidak taat beribadah secara baik. Dengan masuk ke Pesantren ini, perlahan bisa merubah Sikap.

“Saya mulai beraktifitas mulai jam 03,00 pagi, dan pada pagi saya sekolah. Setelah sekolah kemudian saya mengaji dan mengikuti beberapa kegiatan diluar jam sekolah, “cetusnya.

Ditempat yang sama, Herlina (15) menambahkan, belajar di Ponpes ini menjadikan hati kita tenang dan tenram. Apalagi saat belajar bersholawat membuat hati bergetar. Pasalnya, saat hidup di Malaysia ibadah Sholat jarang, bangung pagi juga sering kesiangan. Sudah habis sekolah langsung bermain dan main HP. Tetapi, saat masuk ke Ponpes ini dituntut untuk rajin dan disiplin.

“Awal-awal kaget soal cara beribadah, makanannya hingga cuaca. Tapi kami sekarang jadi mulai terbiasa, yang tadinya malas sholat kami sekarang tepat waktu, “cetusnya.

Ditempat terpisah Sesepuh  Ponpes Dr. KH. E.S. Mubarok mengatakan, bahwa dalam membagi dan menyebarkan ilmu tidak ada kata terbatas wilayah, adat dan kultur budaya. Nilai kesolehan harus seluas-luasnya disebarkan. Pasalnya, nilai moralitas adalah sesuatu yang penting bagi manusia dalam menjalankan hidupnya.

“Kami berprinsip, Ilmu itu mudah didapat, tetapi kesalehan dan moralitas sulit didapat. Makanya kami mengajarkan kepada santri lebih kepada moralitas dan kesalehan terlebih dahulu kemudian Ilmu. Orang berilmu banyak sekali, tapi orang yang saleh dan berilmu sangat sedikit. Untuk itu, kami mengharapkan mereka bisa berprilaku baik dan memiliki ilmu yang luas, “tuklasnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *