Wiwi Tewas Terbakar

Cucu korban, Tita (26), warga Kampung Cibatu Girang, RT 2/1, Desa Cibatu, Kecamatan Cikembar, saat menunjukan lokasi rumah neneknya yang hangus terbakar.

CIKEMBAR – Setelah mendapatkan perawatan medis selama 24 jam, Mak Ami Wiwi (80), warga Kampung Cibatu Girang, RT 2/1, Desa Cibatu, Kecamatan Cikembar akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Luka bakar yang dialaminya cukup parah, membuat tim medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin SH Kota Sukabumi tak berdaya menanganinya.

Bacaan Lainnya

Luka bakar yang dialami wanita berusia senja itu berawal saat si jago merah mengamuk rumahnya pada akhir pekan kemarin, sekira pukul 21.00 WIB. Sebelum meninggal dunia, Wiwi sempat dilarikan ke rumah sakit dan mendapat perawatan medis. Hingga akhirnya, sekira pukul 04.30 WIB Senin (23/9) kemarin, nenek malang itu menghadap Sang Ilahi.

Kasi Trantibum Kecamatan Cikembar, Dading mengatakan, kobaran api yang melumat rumah Wiwi cukup sulit dipadamkan. Selain akibat banguna rumah yang terbuat dari material kayu, juga petugas sulit mendapatkan air untuk meredam api.

“Kobaran apinya sangat luar biasa. Untuk memadamkannya kami merasa kesulitan, sehingga dalam waktu 30 menit bangunan rumah Mak Wiwi habis dan rata dengan tanah,” ujar Dading kepada Radar Sukabumi.

Untuk memadamkan api, pihaknya yang dibantu warga sekitar langsung mengevakuasi korban yang terjebak di tengah-tengah kobaran api. “Korban langsung kami larikan ke Klinik GMC Cibodas, Kecamatan Cikembar.

Namun karena peralatan yang terbatas, korban akhirnya dirujuk ke RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi,” paparnya.

Berdasarkan assessment di lapangan, kata Dading, api diduga kuat berasal dari lilin yang jatuh dan membakar karpet. “Perkiraan kerugiannya mencapai Rp50 juta,” bebernya.

Cucu korban, Tita (26), warga Kampung Cibatu Girang, RT 2/1, Desa Cibatu, Kecamatan Cikembar mengaku, luka bakar yang dialami neneknya cukup parah, lebih dari 60 persen. Hingga akhirnya pada pagi hari, nenek tercintanya itu menghembuskan nafas terakhir. “Hampir seluruh tubuhnya terbakar, hanya bagian perutnya saja yang tidak. Luka bakarnya lebih dari 60 persen,” katanya.

Menurut Tita, neneknya itu tinggal seorang diri di rumah bambu dengan ukuran sekitar 3 x 4 meter. Tidak ada jaringan listrik yang meneranginya. “Setiap hari hanya mengandalkan cahaya dari lilin,” ujarnya.

Sebelumnya Tita mengaku tidak pernah mendapat pirasat apapun sebelum insiden yang merenggut anggota keluarga tercintanya. Sehingga dengan peristiwa ini, ada rasa tidak percaya bahwa neneknya itu meninggal akibat amukan si jago merah.

“Mudah-mudahan nenek diampuni semua perbuatannya dan kami yang ditinggalkannya diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menerimanya,” pungkasnya. (Den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *