Petani Tomat dan Kol Menjerit

Petani tomat saat panen di perkebunan Goalpara, Sukaraja.

SUKARAJA – Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan petani tomat dan kol di perkebunan Goalpara, Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja rugi besar. Ini karena banyaknya buah yang busuk sehingga tidak bisa dijual ke pasaran. Petani menyebut, kondisi ini gara-gara kemarau yang terjadi cukup panjang.

Petani Tomat di perkebunan Goalpara, Muhammad Rukmana (45), warga Kampung Ulu-ulu, RT 5/4, Desa Cisarua, Kecamatan Sukaraja mengatakan, akibat musim kemarau ini, banyak tanaman tomat di perkebunan Goalpara Sukaraja yang mati dan membusuk. Lantaran, area pertanian warga tidak teraliri air secara maksimal. “Selain banyak tanaman yang mati dan yang berbuah pun tidak maksimal,” jelasnya.

Bacaan Lainnya

Selain kesulitan air, sambung Rukmana, para petani juga mengeluhkan soal banyaknya serangan hama ulat griyek yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal. “Jika tidak segera diantisipasi, serangan hama ini dapat menyebabkan tanaman mati,” akunya.

Petani Kol, Sukanda (40) asal Kampung Cipaku, Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja mengatakan, akibat musim kemarau ini, tidak sedikit lahan pertanian di perkebunan Goalpara Sukaraja, mengalami gagal panen.

“Dari lahan seluas satu hektare, sekitar 6.000 tanaman yang tidak bisa dipanen akibat mati. Ya itu, karena tidak terairi secara maksimal,” katanya.

Menurutnya, musim kemarau saat ini menyebabkan sumber air berkurang dan tidak mampu memenuhi kebutuhan air ke areal perkebunan. Sehingga tanaman tomat dan tanam kol tidak tumbuh normal.

Meskipun para petani sudah berupaya maksimal dengan menggunakan mesin pompa, namun tanaman tomat dan kol tetap saja tidak maksimal hasilnya.

“Bila pada hari biasa dapat memanen buah tomat hingga 15 kwintal, tetapi sekarang hanya menghasilkan sekitar 10 kwintal saja. Omzet juga menurun, dari Rp2 juta sekarang Rp1,5 juta saja dalam sebulan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Ajat Sudrajat menghimbau kepada seluruh petani agar dapat memaksimalkan lahan pertaniannya disaat musim kemarau.

“Persoalan pada musim kemarau ini, memang menjadi perhatian khusus kami. Karena, banyak lahan warga yang mengalami kekeringan,” katanya.

Pada musim kemarau saat ini, sambung Ajat, dari lahan seluas 7.000 hektare terdapat sekitar 3.000 hektare lahan yang mengalami kekeringan. “Paling banyak lahan yang mengalami kekeringan adalah lahan pesawahan. Kami sudah memberikan bantuan kepada mereka berupa mesin pompa air, namun memang itu belum optimal,” pungkasnya. (Den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *