Tinggal Sebatangkara, Makan Pun Pemberian Tetangga

BUDI (35), warga Kampung Panenjoan, RT 03/07, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, membutuhkan uluran tangan pemerintah.

SIAPAPUN yang melihat kehidupan Budi (35), warga Kampung Panenjoan, RT 03/07, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, pasti akan merasa iba dan empati. Selain karena nasibnya yang hidup sebatangkara, juga penyakit yang dideritanya membuat penghuni rumah reyot berukuran 3X4 meter persegi itu tak bisa beraktivitas normal seperti pria lainnya.

Bambang , Cibadak

Bacaan Lainnya

Rumah lapuknya sudah nampak tak laik dihuni. Kasihan, dan juga menyedihkan. Radar Sukabumi yakin, bila bermalam di rumah ini, gigitan nyamuk dan pelukan sang bayu akan terasa hingga tulang berulang. Ya, ini karena dinding rumah dari bambu, sudah nampak tak utuh serta banyak atap yang sudah lepas dari penyangganya.

Sekitar 10 kilometer dari pusat keramaian, Budi hidup seorang diri. Rumahnya yang berada di puncak bukit Tenjojaya, seakan memisahkan ia dari tetangga dan juga sanak keluarganya. Orang tua yang membesarkannya, sudah lebih dulu dipanggil Sang Pencipta. Meratap dan merintih, selalu terucapkan pria yang belum berumah tangga itu.

Kesedihan dan penderitaan Budi tak hanya di situ. Allah kembali mengujinya dengan penyakit tulang yang menyerang pada kedua kakinya. Budi pun akhirnya tak bisa berjalan dengan normal. Agar bisa berjalan dan beraktivitas, ia harus ditopang dengan tongkat kayu.

“Sudah dua tahun saya tidak bisa berjalan normal. Ini gara-gara penyakit tulang yang menyerang. Tentu saja, saya sulit beraktivitas,” lirih Budi kepada Radar Sukabumi, Rabu (18/9).

Selama mengalami ‘ketidaknormalan’ itu, kadang untuk makan ia menunggu pemberian tetangga yang rela mengantarkannya. Ya, itu karena jarak rumahnya sangat jauh dari rumah penduduk lainnya. “Kalau dulu saya bekerja serabutan dan menjadi tukang pikul di Pasar Cibadak. Bisalah untuk kebutuhan sehari-hari cukup.

Namun sekarang tidak lagi, dengan berat hati saya mengandalkan pemberian tetangga terdekat saja,” akunya.
Budi mengaku tidak tinggal diam dengan penyakit yang dideritanya itu. Ia pernah mengobati penyakitnya ke klinik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *