Kekalahan Memalukan

FOTO: JAWA POS TAK BERDAYA: Para pemain Timnas Malaysia merayakan kemenangannya atas tuan rumah Timnas Indonesia pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin (5/9).

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com – Dua kali unggul. Dua kali tersusul. Dan akhirnya tumbang. Itulah petaka yang terjadi saat timnas Indonesia menjamu Malaysia pada matchday pertama Kualifikasi Piala Dunia 2022 grup G. Beto Goncalves sempat membuat Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) bergemuruh lewat golnya pada menit ke-11. Namun, gol pemain naturalisasi timnas ini dibalas oleh pemain naturalisasi Malaysia, Mohamadou Sumareh (36′). Beto kembali mengoyak gawang Malaysia tujuh menit sebelum babak pertama berakhir. Tapi, Malaysia merajalela di babak kedua. Dua gol mampu mereka sarangkan ke gawang Andritany Ardhiyasa. Masing-masing lewat Muhammad Syafiq (66′) dan Sumareh di masa injury time.

Kekalahan ini langsung menempatkan Garuda di posisi juru kunci klasemen sementara grup G. Sebab, pada laga lainnya Vietnam berhasil menahan imbang tuan rumah Thailand. Kekalahan dari Malaysia juga sulit diterima pelatih timnas Simon McMenemy. Dia menyebut kekalahan timnya kemarin sangat menyakitkan. ’’Kami unggul dua kali. Babak pertama kami kuasai pertandingan, setalah itu lawan berhasil ambil alih,’’ beber Simon.

Bacaan Lainnya

Namun, Simon tetap respek kepada lawannya. Dia memuji kualitas Malaysia yang baik karena hasil dari kompetisi. Hasil dari perencanaan yang matang dalam menghadapi Kualifikasi Piala Dunia 2022 kali ini.

Salah satu contohnya adalah kompetisi yang sudah libur. Simon membandingkan dengan anak asuhnya yang datang ke pemusatan latihan dalam kondisi kelelahan. ’’Tiga kali bermain selama seminggu. Lilipaly dan Andik (Vermansah) misalnya. Mereka datang dalam keadaan capek setelah bermain di liga banyak sekali. Ini bukan excuse, tapi kenyataan. Saya tetap mengakui kalah dan selamaT untuk Malaysia,’’ papar mantan pelatih Bhayangkara FC itu.

Simon tetap bertanggungjawab atas kekalahan skuadnya. Dia menjelaskan anak asuhnya sudah bekerja keras untuk Indonesia. ’’Lihat tadi, mereka berlari sampai tidak bisa berlari lagi. Banyak yang kolaps di akhir pertandingan karena kelelahan,’’ tuturnya.

Kekecewaan juga dirasakan kapten sekaligus kiper Andritany Ardhiyasa. Dia sulit percaya. Sebab, timnas sudah unggul dua kali. ’’Saya juga tidak mau cari alasan apakah jadwal padat dan kompetisi yang masih berjalan menggganggu atau tidak. Tapi kami akui kalah, dan selamat untuk Malaysia,’’ ucapnya.

Sementara itu, pelatih Malaysia Tan Cheng Hoe mengaku masih belum kalau skuadnya bisa bawa pulang tiga poin dari Jakarta. Apalagi, timnya bermain dihadapan ribuan pendukung tuan rumah. ’’Tapi pemain tetap bersemangat. Luar biasa kami akhirnya bisa balas dua gol dan cetak gol di akhir pertandingan,’’ bebernya.

Sumareh juga sependapat dengan pelatihnya. ’’Tidak mudah main disini dengan fans yang luar biasa. tapi kami sudah berkomitmen memberi semuanya, dan hasilnya luar biasa,’’ terangnya.
Kian Malu karena Ulah SuporterSudah jatuh tertimpa tangga, pepatah itu tepat diberikan kepada Indonesia tadi malam (5/9). Sudah kalah, oknum suporter timnas pun berulah. Sebagian ada yang masuk ke lapangan dan melakukan penyerangan kepada suporter timnas Malaysia yang berada di tribun barat SUGBK.

Pertandingan bahkan sempat dihentikan gara-gara ulah tersebut. Tepatnya menit ke-71. Kurang lebih 10 menit pertandingan dihentikan karena pihak keamanan harus memukul mundur para suporter.
Hasilnya, Ultras Malaya –julukan suporter Malaysia- harus diungsikan ke basement SUGBK. Ratusan suporter bertahan di bawah hingga tengah malam.

Simon McMenemy bahkan sampai tidak bisa berkomentar. Tapi dia menolak kekalahan skuadnya gara-gara ulah suporter yang mempengaruhi konsentrasi Stefano Lilipaly dkk. ’’Kalau berpengaruh ke kami, lawan berarti juga. Tapi buktinya tidak, karena kami tetap fokus ke pertandingan,’’ katanya.
Ulah oknum suporter juga disesalkan Andritany Ardhiyasa. Dia mengatakan kalau peristiwa tadi malam itu memang sudah biasa terjadi di sepak bola Indonesia. ’’Tapi jangan jadi kebiasaan. Ini mencoreng nama Indonesia. Jujur, hati ini sakit melihat apa yang terjadi di stadion,’’ ungkapnya.

 

(rid/bas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *