Berintegritas dan Pantang Menyerah Jadi Kunci Sukses

SEKARING RATRI/JAWA POS BEGAWANSHIP: Agus Martowardojo (kanan) dalam peluncuran biografinya Senin lalu.

RADARSUKABUMI.com – Tidak banyak pejabat yang meninggalkan jejak cemerlang di pengujung karirnya. Salah satunya, Agus Martowardojo. Pada Senin (2/9), Bank Indonesia (BI) Institute menerbitkan biografi tentang salah seorang mantan gubernurnya tersebut. Wartawan Jawa Pos, Sekaring Ratri menyaksikan langsung peluncuran buku bertajuk Agus Martowardojo: Pembawa Perubahan tersebut. ’’AYAH saya itu gila kerja,’’ kata Agus tentang Soejono Martowardojo, sang ayah. Meski begitu, pria 63 tahun tersebut punya banyak kenangan manis tentang ayahnya. Sebab, di sela pekerjaannya, Soejono menyempatkan bercakap-cakap dengan Agus. Dari Soejono-lah, lelaki kelahiran Amsterdam, Belanda, itu mengenal kata integritas.

’’Beliau selalu berpesan, ’Agus dalam segala kondisi harus punya kaki kuat, yaitu prinsip integritas,’’ ungkap Agus menirukan perkataan sang ayah.

Bacaan Lainnya

Soejono juga selalu berpesan agar Agus tidak menjadi beban bagi orang lain. Dua prinsip itulah yang selalu Agus pegang dan menjadikannya pekerja sekaligus pemimpin yang hebat.

Selain sang ayah, Agus menyebut sosok sang ibu sebagai inspirasi. Moerdjinem Wirosumitro, sang ibu, adalah perempuan yang hangat. Sebagai anak bungsu, Agus menghabiskan banyak waktu dengan ibunya. Kedekatan itulah yang menumbuhkan jiwa entrepreneur. Sebab, menurut dia, sang
ibu adalah seorang entrepreneur yang pandai memotivasi anak-anaknya. ’’Ibu itu berani mengambil peluang dan berani gagal,’’ tegas Agus.

Kalau gagal, menurut dia, sang ibu akan bangkit lagi. Agus pun tumbuh sebagai pria yang tidak mudah menyerah. Berintegritas dan pantang menyerah lantas menjadi ciri khas Agus. Sebagai mantan banker yang pernah mengabdi pada delapan lembaga, dia selalu berusaha menciptakan value alias nilai baik di tempatnya bekerja. Prinsip tersebut membuat dia sukses menghadapi krisis moneter 1998 dan kasus pelik Gayus Tambunan.

’’Waktu saya menjabat Menkeu, ada kasus Gayus Tambunan. Itu berat sekali, apalagi kondisi global tidak menguntungkan. Tapi, saya lebih baik pulang nama daripada gagal tugas,’’ tutur Agus.

Dalam buku setebal 468 halaman tersebut, dia lebih banyak berbicara tentang perjalanan karirnya selama lebih dari tiga dekade. Sejak mengabdi di sektor privat hingga menjadi birokrat. ’’Buku ini memaparkan pengalaman Agus Martowardojo selama berkarir di industri perbankan, termasuk tantangan dan prestasi dalam mengelola berbagai bank yang dipimpinnya,’’ papar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam peluncuran di gedung BI tersebut.

Mantan deputi gubernur senior itu mengapresiasi kinerja Agus. Kisah yang dia bagikan dalam buku tersebut bisa menjadi teladan bagi insan perbankan tentang dedikasi dan performa di atas rata-rata. Salah satu kisah yang menarik, menurut Perry, adalah karir Agus di Bank Mandiri yang merupakan merger dari empat bank pemerintah.

Sebagai menteri, lanjut Perry, Agus juga sukses mengimplementasikan berbagai kebijakan strategis dalam mengelola keuangan negara. Juga, meneruskan transformasi birokrasi dalam Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Ketika memimpin BI, Agus juga membidani lahirnya institutional transformation. Dia juga menjalankan reformasi aspek kebijakan. Salah satunya ditunjukkan dengan peran Agus dalam penyusunan Undang-Undang (UU) Mata Uang dan UU Otoritas Jasa Keuangan.

Termasuk dalam pengalihan fungsi pengawasan BI ke OJK. ’’Yang tak kalah berharganya adalah pengalaman selama memimpin BI dengan empat elemen kunci. Yakni, reorganisasi, tata kelola, manajemen SDM, dan efisiensi operasional,’’ jelas Perry.

 

(*/c14/hep)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *