Kibarkan Bendera di Dasar Laut

FOTO : FOR RADAR SUKABUMI PENGIBARAN BENDERA : Penyelam dari Pokmaswas mengibarkan bendera merah putih di pantai Cikepuh, Kecamatan Ciracap. KHIDMAT: Warga warga Kampung Cilaksana, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, mengibarkan bendera merah putih dengan menggunakan kostum klosal.

CIRACAP, RADARSUKABUMI.com – Ada cara unik kelompok masyarakat memperingat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia tahu ini. Seperti Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Genteng Nusantara. Kelompok ini lebih memilih mengibarkan bendera merah putih di dasar laut, tepatnya di Pantai Cikepuh, Desa Gunungbatu, Kecamatan Ciracap. Bahkan komunitas ini mengisi hari kemerdekaan ini juga dengan menanam 1.945 pohon mangroove dan puluhan terumbu karang.

Bendahara Pokmaswas Genteng Nusantara, Nana Septiansyah mengatakan, pengibaran bendera merah putih di dasar laut ini pada kedalaman 20 meter. Tujuannya selain untuk memperingati HUT RI, juga untuk menggelorakan semangat nasionalisme seluruh warga agar selalu mencintai dan melestarikan alam baik yang berada di bawah laut maupun di alam terbuka. “Di dasar laut juga kami menanam 74 terumbu karang disertai dengan media tanam dengan spesies akropora dan ribuan pohon mangroove di pesisir pantai,” jelas Nana kepada Radar Sukabumi melalui telepon selulernya.

Bacaan Lainnya

Menurut Nana, pengibaran bendera di dasar laut memiliki tantangan cukup berat, terutama saat terjadi arus kuat. Namun dengan semangat kebersamaan yang tinggi, dua orang penyelam akhirnya berhasil melaksanakan pengibaran bendera dengan tenang dan aman. “Alhamdulillah berhasil dengan baik,” tandasnya.

Koordinator Wilayah Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Pajampangan Wisata Alam Sukabumi, Asep Hidayat mengapresiasi kegiatan pengibaran bendera yang dilakukan Pokmaswas tesebut. “Kami berharap kegiatan ini dilakukan secara kesinambungan, khususnya pada penanaman pohon mangroove dan tranaplantasi terumbu karang. Sebab kegiatan ini dapat menjaga ekosistem laut,” katanya.

Keindahan panorama alam di dasar laut maupun alam terbuka yang ada di kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu, dapat menarik perhatian para wisatawan baik lokal maupun asing. “Mari kita bekerjasama memelihara keindahan alam ini agar kelestariannya tetap terjaga,” singkatnya.

Di tempat terpisah, warga Kampung Cilaksana, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, menggelar pengibaran bendera merah putih dengan menggunakan kostum klosal.

Anggota BPD Desa Bojongkembar, Hiztiati Rachmi mengatakan, upacara bendera dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ini, tidak hanya diselenggarakan oleh pemerintah maupun BUMN saja, akan tetapi seluruh masyarakat di Sukabumi, khususnya masyarakat di Kampung Cilaksana turut serta memperingati hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. “Tujuannya tidak lain yaitu untuk mengenang jasa para pahlawan bangsa yang telah mengorbankan darah dan nyawanya demi kemerdekaan RI,” jelas

Hiztiati yang juga sebagai anggota Bhayangkari Polsek Parungkuda, Polres Sukabumi, kemarin (19/8).

Meski sederhana, warga nampak antusias mengikuti upacara bendera. Dengan persiapan singkat, para petugas pengibar bendera tetap menjalankan tugas sesuai protokoler yang berlaku. “Kami ingin semangat patriotisme tetap terjaga hingga anak cucu. Generasi muda harus sadar, bahwa nenek moyang kita dulu meraih kemerdekaan, bukan diberi oleh bangsa lain, tetapi hasil dari perjuangan yang gigih dan berani,” imbuhnya.

Setelah pengibaran bendera merah putih, ratusan warga langsung melakukan karnaval dengan membawa hasil kerajinannya yang terbuat dari bambu dan kardus bekas. “Sementara untuk kostumnya, warga menggunakan pakaian adat tempo dulu. Seperti kabaya dan lainnya,” ujarnya.

Ia berharap dengan terselenggaranya kegiatan ini, dapat memperkuat persatuan dan kesatuan agar meningkatkan rasa cinta tanah air. “Inysa Allah kegiatan ini akan dijadikan menjadi agenda tahunan,” paparnya.

Kepala Desa Bojongkembar, Suminar mengatakan, usai upacara bendera, warga mengadakan drama kolosal yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Drama kolosal diperankan oleh anak-anak, remaja hingga dewasa. Senjata mainan plastik digunakan untuk properti drama dalam adegan tembak menembak. “Sekarang memang banyak yang unik-unik. Jadi kami juga ikut-ikutan menggelar upacara kemerdekaan disusul drama kolosal perjuangan para pendahulu,” pungkasnya.

 

(Den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *