Fahmi :Angka Kemiskinan Terus Menurun

PEMBERIAN PENGHARGAAN: Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi memberikan piagam penghargaan kepada komunitas dalam kegiatan Kompetisi Inovasi Penanggulangan Kemiskinan di salah satu hotel Jalan Suryakencana Kota Sukabumi, kemarin. Foto:ikbal/radarsukabumi

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com– Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi mengatakan angka kemiskinan di Kota Sukabumi terus menurun. Jika 2018 jumlah warga miskin sekitar 8,03 persen, pada 2019 turun menjadi 7,12 persen. “Target saya, angka kemiskinan di bawah lima persen, Insya Allah selama periode saya bisa terwujud,” ujar Fahmi usai menghadiri acara kompetisi inovasi penanggulangan kemiskinan di salah satu hotel Jalan Suryakencana Kota Sukabumi, kemarin.

Program penurunan angka kemiskinan ada di semua SKPD, ada yang sifatnya bantuan tunai yang langsung diberikan ada yang non tunai. Baik itu sifatnya keterampilan atau keahlian,” katanya.

Bacaan Lainnya

Selain program pemerintah, penurunan angka kemiskinan juga melibatkan masyarakat, antara lain komunitas. Sebagai apresiasi terhadap komunitas, Pemkot Sukabumi menyerahkan penghargaan kepada enam peserta terbaik kompetisi Inovasi Penanggulangan Kemiskinan.

Ia menerangkan keenam peserta terbaik tersebut adalah Pekamata dari Kelurahan Sudajayahilir Kecamatan Baros, Jum’at Berkah Kelurahan Babakan Kecamatan Cibeureum, Sapulidi Kelurahan Subangjaya Kecamatan Cikole, Cipta Usaha Mandiri Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang, Kardus Kelurahan Karamat kecamatan Gunungpuyuh, dan Komunitas Wanita Peduli Limbah Kelurahan Jayaraksa Kecamatan Baros. Piala dan penghargaan diserahkan Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi.

Inovasi yang digagas Pemprov Jawa Barat tersebut dalam kerangka menyerap program dari masyarakat, khususnya komunitas. Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan. “Pengentasan kemiskinan bukan hanya tugas pemda, juga komunitas melalui inovasi lokal yang mereka lakukan,” ungkapnya.

Kegiatan komunitas yang menerima penghargaan antara lain memberantas bank keliling yang sangat memberatkan. Jasa pinjaman ini sangat cepat perkembangannya di Kota Sukabumi, khususnya wilayah perbatasan. “Saya sudah berbicara dengan beberapa pimpinan perbankan. Saya ingin ada skema pinjaman yang sifatnya mudah dan cepat diakses oleh masyarakat. Kenapa masyarakat itu lebih cenderung ke bank keliling atau Bank Emok, karena prosesnya cepat dan mudah. Jadi saya harapkan, dari dunia perbankan termasuk BPR Kota Sukabumi menyiapkan skema seperti itu,” jelasnya.
Fahmi bersyukur semakin banyaknya keterlibatan masyarakat membantu pemerintah menurunkan angka kemiskinan. Salah satu komunitas memiliki program pinjaman bergulir yang memutuskan hubungan warga dengan bank keliling atau Bank Emok. “Ini sangat mungkin bisa dikembangkan di Kota Sukabumi. Makanya dilihat, walaupun sifatnya lokal apakah bisa diperluas ke kelurahan lain. Program komunitas ini juga akan diselaraskan dengan program Kredit Anyelir (anti pinjam ke rentenir),” ungkapnya.

Kepala Bappeda Kota Sukabumi, Rudi Juansyah menambahkan, sebenarnya banyak program pemerintah untuk penurunan angka kemiskinan, seperti Kotaku Program Neighborhood Upgrading and Shelter Project (NUSP) dari pemerintah pusat. Ada Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dari Provinsi Jawa Barat. “Program yang dijalankan mampu menurunkan angka kemiskinan di Kota Sukabumi antara 1,5 sampai 2 persen setiap tahun,” pungkasnya.

(bal/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *