Kemenristekdikti Target Dua PTS Dipimpin Rektor Asing

KUNJUNGAN: Sekjen Kemenristekdikti, Ainun Na’im (kiri) sudah mengantongi nama-nama PTS yang siap dipimpin rektor asing.

JAKARTA , RADARSUKABUMI.com – Peraturan yang lebih fleksibel membuat peluang rektor asing memimpin perguruan tinggi swasta (PTS) cukup besar. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menarget dua PTS siap dipimpin rektor asing pada 2020.

Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Na’im menuturkan, pihaknya sudah mengantongi nama-nama PTS yang siap dipimpin rektor asing. Meski begitu, Ainun enggan menjelaskan lebih detail. Sebab, proses masih berlangsung. Perlu banyak pertimbangan untuk menyatakan suatu perguruan tinggi benar-benar siap. Menilai fasilitas sarana dan prasarana, kualitas sumber daya manusia (SDM), hingga kemampuan anggaran. ”Ya sudah ada satu, dua nama. Kalau perguruan tinggi siap, kami fasilitasi,” kata Ainun.

Sementara itu, rektor Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta periode 2011-2019, Ravik Karsidi menyangsikan soal anggaran untuk rektor asing tersebut. Meski tidak menolak, dia mempertanyakan rektor luar negeri akan digaji berapa. ”Apakah mau digaji sama dengan rektor dalam negeri?” tanyanya.

Dari pengalamannnya, Ravik tahu persis bahwa anggaran untuk program internasional sangat terbatas. Di sisi lain, pemerintah pusat terus mendesak kampus harus mampu bersaing di tingkat global. Baik melalui pelaksanaan program, riset, dan fasilitas laboratorium. ”Istilah orang Jawa, jer basuki mawa bea. Artinya, anggaran kampus perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Menurut pakar pendidikan tinggi Totok Amin Soefijanto, banyak cara untuk menggalang dana. Bisa bantuan dari pemerintah pusat maupun mencari sponsor. Terlebih menggaet perusahaan industri negeri maupun swasta untuk mendukung suatu proyek.

Dari situ SDM kampus pasti akan bergerak. Mereka melakukan riset untuk menghasilkan produk yang tepat guna dan dibutuhkan industri. Setelahnya dosen akan selalu terlibat riset untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.”Jika semakin besar, bisa jadi mahasiswa akan direkrut untuk terlibat. Dari situ muncul dua keuntungan, kampus memiliki mahasiswa yang terampil, sedangkan, mahasiswa itu sendiri sudah memiliki pengalaman sebagai bekal setelah lulus nanti,” urai mantan Deputi Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina tersebut.

 

 (gas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *