Perempuan Sukabumi, Hati-hati Modus Pengantin Pesanan Internasional

Kepala Seksi Asia Selatan dan Tengah Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI, Muhammad Ilham Effendy menjelaskan soal kasus MBO atau pengantin pesanan.

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memberi peringatan kepada warga Sukabumi khususnya yang berjenis kelamin perempuan agar tidak terjerumus dalam kasus tindak pidana perdagangan orang atau TPPO berskala internasional. Informasi ini disampaikan secara eksklusif oleh Kepala Seksi Asia Selatan dan Tengah Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI, Muhammad Ilham Effendy kepada Radarsukabumi.com.

Ilham mengatakan, kasus TPPO dengan jejaring internasional tersebut bermoduskan pernikahan pesanan. “Istilahnya mail brider order,” kata Ilham saat mengunjungi kantor Graha Pena Radar Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Ilham mengungkapkan, kasus ini berdasarkan laporan dan kesaksian para korban serta keluarga korban MBO langsung kepada pihaknya. Sehingga kasus TPPPO ini sedang dalam tahap pengembangan dan penyelidikan pihaknya.

“Korbannya sudah ada puluhan wanita dari Indonesia yang kena MBO ini. Dan kami sedang berusaha menyelidikinya,” ujar Ilham.

Dari data sementara yang dia peroleh, Jawa Barat dan Kalimantan Barat adalah dua daerah “penyumbang” kasus MBO tersebut. Sebagai contoh, kasus pernikahan pesanan yang terungkap di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat beberapa waktu lalu.

“Di Jawa Barat salah satu daerah dengan kasus terbanyak. Yang sudah terungkap di Purwakarta. Untuk daerah lainnya kami belum tahu karena masih sedang dalam tahap penyelidikan lebih lanjut,” beber Ilham.

Lantas, bagaimana cara kerja pernikahan pesanan ala MBO ini sendiri? Ilham memaparkan, modusnya adalah “calon pengantin” pria yang berada di luar negeri meminta atau mengorder kepada agennya yang berada di Indonesia untuk dicarikan calon istri.

Ketika mendapat orderan, agen MBO yang berada di Indonesia mencari perempuan yang bersedia menjadi istri klien mereka tersebut dengan iming-iming uang jutaan rupiah dan fasilitas layanan lainnya.

“Ketika sudah dapat, si perempuan tersebut dibawa ke negara asal si pemesan. Soal bagaimana bentuk transaksinya bahkan bagaimana proses pernikahannya, kami belum mendapat informasi yang jelas,” ujar Ilham.

Kendati demikian, Ilham tidak dapat memastikan bagaimana proses pernikahan pesanan itu sendiri. Sebab ada sumber yang menyebutkan terjadi pernikahan yang legal secara hukum, pernikahan siri, bahkan tidak terjadi akad nikah sama sekali.

Namun yang bisa dipastikan oleh Ilham, pengantin perempuan yang dipesan tersebut, mendapatkan perlakuan yang sangat tidak wajar dan tidak manusiawi. Para korban bak diisolasi di sebuah apartemen. Menurut Ilham, kondisi ini sangat mengerikan dan memprihatinkan.

“Korban tidak boleh keluar rumah, tidak mendapatkan hak-hak selayaknya perempuan, bahkan selayaknya manusia karena ada yang disiksa. Seolah para korban adalah istri simpanan bagi yang telah beristri atau sekadar pemuas nafsu seksual si pemesan,” ungkap Ilham.

Bahkan, lanjut Ilham, pernah ada satu kasus, salah seorang korban ternyata hamil dan melahirkan hasil buah cinta oleh “pernikahan pesanan” ini. Setelah melahirkan, tepatnya dua bulan, korban dipulangkan paksa ke Indonesia tanpa membawa sang anak tersebut.

“Jadi anaknya ditinggal di sana. Masih usia dua bulan. Si ibu korban cerita ke kami menangis. Khawatir dan takut terjadi apa-apa. Dan masalahnya lagi pernikahan mereka tidak jelas. Sehingga status si anak juga tidak jelas. Ini yang kita tidak inginkan. Bayangkan betapa mengerikannya ini,” kata Ilham.

Lebih lanjut, himpitan ekonomi adalah faktor paling utama mengapa para perempuan di Indonesia bersedia menjadi korban pengantin pesanan ini. Sedangkan untuk kendala yang dihadapi oleh pihaknya, Ilham mengatakan ada beberapa korban yang terpaksa mencabut laporannya.

“Alasannya diduga karena ditekan oleh si agen MBO ini. Bisa jadi disuap agar perkaranya dicabut. Dan kami tidak bisa apa-apa, karena ini bukan delik umum. Ini delik laporan,” tutur Ilham.

Untuk itu, Ilham berpesan kepada para perempuan di Sukabumi agar tidak luluh oleh bujuk rayu pihak-pihak dengan modus seperti yang dia paparkan tadi. “Kalau ada yang seperti ini, segera laporkan ke kami,” pesannya.

Lantas, pria dari negara mana sajakah yang kerap memesan pengantin MBO dari Indonesia? Ilham enggan menjawabnya.

“Yang pasti, entah mengapa mereka tertariknya pada perempuan dari Indonesia,” pungkasnya.

(izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *