Habiskan Rp500 M, Hasil Baru Rp386 Juta

Wisatawan saat menikmati keindahan alam objek wisata Curug Sodong yang menjadi salah satu destinasi wisata andalan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu yang berada di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi.

WISATA SUKABUMI – Dari sejak 2014 hingga 2018, Peprov Jabar sudah menghabiskan anggaran Rp500 miliar demi mewujudkan UNESCO Global Geopark (UGG) Ciletuh-Palabuhanratu.

Jumlah aggaran tersebut, direalisasikan untuk pembangunan inprastuktur Jalan Raya Simpang Loji sampai Kecamatan Waluran dengan panjang sekitar 36 kilometer lebih sebesar Rp300 miliar. Sedangkan, Rp200 miliar dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar.

Bacaan Lainnya

Namun sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Sukabumi baru menikmati hasil yang masuk ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat sedikit. Apalagi dibandingkan dengan kawasan objek wisata Jembatan Gantung Situgunung, Kecamatan Kadudampit yang dikelola oleh pihak swasta.

Dari informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, PAD dari keberadaan objek wisata yang diakui dunia itu hanya mencapai ratusan juta rupiah pertahunnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Usman Jaelani mengatakan, minimnya PAD dari keberadaan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu ini, akibat tidak adanya retribusi yang masuk pada PAD Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, dari 60 kawasan objek wisata yang berada di Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, hanya terdapat beberapa objek wisata yang masuk pada PAD.

“Dari puluhan objek wisata di kawasan geopark, hanya objek wisata Cipanas, Ujunggenteng, Pantai Minajaya dan objek wisata Cikaso yang masuk pada PAD Kabupaten Sukabumi,” jelasnya.

Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, terhitung sejak Januari sampai Juni 2019, PAD Kabupaten Sukabumi yang bersumber dari kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu baru mencapai sekitar Rp300 juta dari jumlah pengunjung sekitar 12 ribu.

“Memang jumlah pengunjung wisatawan ke Geopark Cilteuh-Palabuhanratu ini, menurun sekitar 40 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 1 juta. Penunrunan jumlah pengunjung ini, dipengaruhi karena adanya isu soal tsunami pada pergantian tahun baru. Sehingga, jumlah pengunjung sedikit yang datang berwisata ke geopark” bebernya.

Minimnya PAD dari kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu ini, sambung Usman, disebebkan juga karena tidak adanya retribusi. Selain itu, Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi tidak bisa memungut retribusi kepada para pengunjung bila lahan objek wisata tersebut bukan milik pemerintah.

“Seperti lahan di kawasan objek wisata Curug Cimarinjung, Kecamatan Ciemas yang merupakan milik orang lain. Untuk itu, pemda tidak bisa memungut maupun membangun sarana dan prasarana untuk mengembangkan kawasan wisata itu karena lahannya bukan milik pemerintah,” akus Usman.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Dinas Parisiwata Kabupaten Sukabumi tidak melihat berapa besar PAD yang dihasilkan dari keberadaan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. Namun, ia menilai dari perputaran uang yang berada di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.

“Saya melihat dengan adanya keberadaan geopark ini, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi warga. Namun, untuk PAD memang sedikit bila dibandingkan dengan retribusi objek wisata jembatan gantung Situgunung,” bebernya.

Lokasi objek wisata jembatan gantung Situgunung, sambung Usman, dibangun di kawasan Taman Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Resort Situgunung, Kecamatan Kadudampit. Untuk itu, pendapatan retrisubusinya langsung diserahkan ke pemerintah pusat sesuai dengan izin peruntukan usaha wisata.

“Jadi, Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, tidak menerima retribusi objek wisata jambatan gantung. Karena, retribusinya langsung diambil oleh pemerintah pusat,” imbuhnya.

Terpisah, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Sukabumi, Dadang Eka Widiyanto mengatakan, pihaknya telah memberikan target kepada Dinas Pariwisata sekiar Rp1,5 Miliar per tahunnya. Target ini, diberikan berdasarkan dengan potensi wisata yang ada di Kabupaten Sukabumi. “Namun, terhitung dari Januari sampai Juni 2019, baru merealisasikan sekitar Rp386 juta,” jelasnya.

Untuk itu, pihaknya menilai saat ini PAD Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi belum memenuhi target. Lantaran, ia baru mencapai target PAD sekitar 25 persen. “Seharunya pada bulan ke enam ini, PAD nya mencapai 50 persen. Namun faktanya, baru bisa merealisasikan sekitar 25 persen,” imbuhnya.

Pihaknya meminta kepada seluruh OPD, khususnya Dinas Pariwisata agar bertangung jawab dalam mencapai target PAD pada setiap tahunnya. Karena menurutnya, PAD ini merupakan salah satu sektor untuk menumbuhkembangkan pembangunan di Kabupaten Sukabumi.

“Bila dinas ini tidak memenuhi targetnya, maka kita akan laporkan persoalan ini kepada Bupati Sukabumi selaku pimpinan daerah. Intinya, semua OPD harus bertanggung jawab secara penuh, agar pembangunan di Kabupaten Sukabumi dapat berkembang pesat,” tandasnya.

Beda halnya, dengan objek wisata Jembatan Situ Gunung di Kampung Pasanggrahan, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit. Jembatan yang ditaksir menghabiskan anggaran Rp3-4 miliar saat ini banyak diburu wisatawan.

Bahkan, selama libur panjang Hari Raya Idul Fitri lalu, pengunjung mencapai 4.000 hingga 5.000 orang. Sementara, wisatawan yang hendak melintasi jembatan gantung ini perlu mengocek saku sebesar Rp50 ribu perorangnya. Jika diakumulatifkan, pendapatannya selama libur Idul Fitri saja sudah mencapai Rp200 juta hingga Rp250 juta.

Pengelola dan Pengembangan Wisata Taman Nasional Gunung Gede Panggrango (TNGGP), Lius Lotong menerangkan, para pengunjung saat ini tidak sebanyak saat Idul Fitri. Dimana, jumlahnya mencapai sekitar 4.000-5.000 orang. “Kalau sekarang, pengunjung yang datang di bawah angka 4.000 orang,” terang Lius belum lama ini.

Kendati para pengunjung membludak, namun pihaknya tidak pernah menaikan pembayaran tiket untuk masuk ke Jembatan Gantung tersebut. “Harga tiket masuk hanya Rp50 ribu perorangnya. Jadi tidak pernah dinaikan,” pungkasnya.(bam/den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *