Lab Komputer Tunjang Praktik Mahasiswa Kedokteran

PEMBELAJARAN DIGITAL: Fransiska Mayanti, staf Universitas Surabaya (Ubaya), menjajal komputer di laboratorium computer based test (CBT).

SURABAYA – Era digital menuntut perguruan tinggi untuk terus mengikuti perkembangan teknologi.

Salah satunya adalah meningkatkan fasilitas pembelajaran serbadigital. Misalnya, yang dilakukan Universitas Surabaya (Ubaya).

Bacaan Lainnya

Kampus yang berpusat di Kecamatan Tenggilis Mejoyo itu baru saja meluncurkan laboratorium computer based test (CBT) di fakultas kedokteran (FK).

Tempat tersebut menunjang uji kompetensi berbasis komputer dan praktikum mahasiswa.

Dekan Fakultas Kedokteran Ubaya dr Irwin menyatakan, total ada 122 unit komputer dengan daya tampung maksimal 110 mahasiswa di laboratorium CBT.

Setiap alat memiliki spesifikasi yang canggih.

”Fasilitas sudah siap untuk dioperasikan. Mahasiswa bisa menjalani uji kompetensi berbasis komputer,” katanya.

Irwin menuturkan, laboratorium CBT menjadi salah satu bagian penting untuk fasilitas pembelajaran di FK.

Namun, tidak banyak FK yang memiliki fasilitas
itu lantaran biaya pembuatannya yang cukup besar.

Selain ujian kompetensi, lanjut dia, laboratorium tersebut digunakan untuk pembelajaran beberapa mata kuliah. Di antaranya, statistik, farmakologi, serta
patologi.

”Penggunaan laboratorium nanti cukup intensif. Lebih dari 10 hingga 20 kali dalam satu semester,” ujarnya.

Irwin menjelaskan, untuk mata kuliah statistik, mahasiswa bisa memanfaatkannya untuk menganalisis data. Sementara itu, untuk mata kuliah farmakologi, dosen bisa menggunakan laboratorium tersebut dalam pembuatan aplikasi software sebagai praktikum.

”Selama ini mata kuliah farmakologi terkendala dengan hewan dan hak asasi serta faktor etika. Jadi, laboratorium CBT ini sangat membantu sekali untuk praktikum,” jelasnya.

Dengan aplikasi tersebut, mahasiswa bisa mengetahui kondisi pasien.

Selain itu, jika obat diberikan dengan takaran dosis tertentu, mereka bisa mengetahui reaksinya.

Misalnya, jika denyut jantung terlalu cepat, dosis harus dikurangi.

”Praktik yang kami lakukan bisa melalui aplikasi tanpa uji coba pada hewan atau manusia,” katanya.

(ayu/c12/dio)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *