Demi PPDB, Orangtua dan Siswa Nginap di Sekolah

Puluhan orangtua dan siswa nginap di depan sekolah SMP N 1 Karanganyar

KARANGANYAR, RADARSUKABUMI.com – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 di Karanganyar, Jawa Tengah, diwarnai kegaduhan. Usai muncul foto viral antrean pendaftaran hingga malam hari di SMPN 1 Tawangmangu, orang tua siswa di SMPN 1 Karangpandan pun ikut-ikutan rela menginap di sekolah setempat.

JAM menunjukkan pukul 02.15. Puluhan orang tua siswa masih sabar menunggu di depan pintu gerbang SMPN 1 Karangpandan, Karanganyar, Kamis (13/6/2019) dini hari. Dalam suasana remang-remang, mereka menggelar tikar. Tepat di depan pintu utama sekolah. Baik kalangan bapak maupun ibu-ibu.

Bacaan Lainnya

Ada pula yang sudah terlelap tidur di emperan toko depan kantor. Sementara beberapa orang lainnya mengisi waktu dengan ngopi bersama.

Masing-masing orang sudah memegang secarik kertas kecil. Ada nomor urut yang tertulis di kertas itu. Beberapa orang yang baru datang langsung mendatangi salah seorang orang tua siswa. Dia meminta secarik kertas serupa dengan lainnya. Begitu dilihatnya nomor urut sudah 95.

Kenekatan para orang tua siswa ini berawal dari beredarnya foto antrean PPDB di SMPN 1 Tawangmangu. Foto tersebut sudah tersebar luas melalui media sosial maupun pesan berantai di WhatsApp (WA). Ada keterangan antre mendaftar PPDB. Apalagi juga beredar foto antrean sampai malam.

Diterapkan sistem zonasi dalam PPDB membuat para orang tua panik. Terlebih ada edaran yang berbunyi: “Seleksi berdasarkan urutan pendaftar, yang lebih dulu mendaftar yang diterima”. Sontak orang tua siswa yang tinggal di wilayah zonasi SMPN 1 Karangpandan terpengaruh dengan foto itu. Mereka langsung ikut antre ke sekolah setempat sore kemarin.

”Saya dapat kabar itu (foto antrean SMPN 1 Tawangmangu, Red) dari sesama orang tua siswa. Katanya kalau nggak cepat-cepat bisa keduluan yang lain,” cerita Sayuti, 47, warga Desa Gondangmanis, Karangpandan.

Rumah Sayuti berjarak 7 kilometer dari sekolah. Artinya dia sudah masuk dalam zona 2. Sementara zona 1 menampung beberapa RW dekat sekolah. Demi putrinya, Sayuti rela datang ke sekolah pukul 19.30. Namun di luar dugaan sudah ada puluhan orang tua siswa lainnya yang sudah lebih dulu tiba.

”Saya datang ke sekolah ternyata sudah ada tiga puluhan orang. Kemudian ambil nomor antrean, minta ke panitianya,” terangnya.

Mereka sengaja membuat panitia kecil. Setiap ada orang tua siswa yang datang kemudian diberi nomor antrean. Tujuannya untuk mencegah kericuhan. Mengingat banyaknya orang yang datang. Apalagi ada beberapa di antaranya hanya mengambil nomor kemudian pulang kembali ke rumah. Tepat di depan pintu gerbang itu juga disediakan alat pengeras suara yang disediakan pihak sekolah.

”Aturan yang baru ini membuat orang tua siswa waswas. Terutama bagi yang berada di zona 2 harus berebut tempat. Tapi kenapa menerapkan aturan yang lebih dulu daftar yang diterima. Ini yang membuat orang tua saling berebut,” beber Suyono, orang tua siswa lainnya.

Tak lama kemudian, perwakilan pihak sekolah baru datang. Dia membacakan surat edaran baru yang diterbitkan Bupati Karanganyar Juliyatmono malam itu juga. Isinya PPDB ditunda 1 Juli dengan sistem online. Meski sudah ditunjukkan foto surat edaran, mereka tetap bertahan hingga menjelang Subuh. Alasannya karena sudah terlanjur antre sejak sore. Tak mau usahanya menjadi sia-sia dengan perubahan jadwal tersebut.

”Kami tetap menunggu pengumuman resmi dari kepala sekolah. Karena perjuangan kami sudah sejak malam kemarin,” teriak Sayuti.

Perjuangan juga dilakukan orang tua siswa, Partini. abu malam itu mengaku ikut antre bersama dengan suaminya, Supri dan kedua anaknya demi mendapatkan kursi di SMPN 1 Tawangmangu. Sebab, sebelumnya dia mendapatkan informasi bila pendaftar awal akan diprioritaskan. Informasi tersebut sudah ada sejak siang hari.

“Bahkan dua anak saya yang saat itu baru pulang sekolah (SD) langsung saya ajak ke SMPN 1 Tawangmangu dan tidur di emperan mapolsek dekat sekolah. Sejak siang tadi saya gantian dengan suami di sana. Anak saya malah nggak mau pulang, takut kalau nanti ketika mendaftar ketinggalan dan tidak bisa masuk,” ujarnya.

(rs/adi/per/JPR/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *