Indawati Kusuma, Penggagas Earth Market

HEALTHY LIFE: Indawati Kusuma menyukai tanaman organik yang tidak mengandung pestisida. Kini Indawati membuat market sendiri untuk para penyuka makanan organik.

Konsisten Hadirkan Bahan Pangan Sehat dan Organik

Tiga tahun berturut-turut, Indawati Kusuma berhasil jadi jembatan antara para artisan kuliner sehat dan orang yang menerapkan healthy life. Setiap bulan,
dia menghadirkan Earth Market yang tidak hanya digandrungi warga Surabaya, tetapi juga para ekspatriat dari berbagai negara.

NURUL KOMARIYAH

INDAWATI tercatat pernah tinggal hampir 20 tahun di Los Angeles. Saat kembali ke Surabaya pada 2011, dia paling merindukan Farmers Market di sana.
Perempuan yang akrab disapa Inda itu kangen dengan konsep dan suasananya.

Dia terpikir untuk mengadaptasi kegiatan tersebut di Surabaya dengan mengangkat produk petani lokal dan menggandeng langsung para artisan.

”Ide itu datang karena saya melihat di sini tidak ada konsep yang seperti itu.

Saya sangat suka suasana Farmers Market di sana yang bahkan bisa dibuat
setiap seminggu sekali.

Penyelenggaranya gantian di setiap blok atau gang,” ujarnya saat ditemui pada Minggu (2/6).

Alumnus marketing di University of Southern California sekaligus jebolan culinary dari Southern California of Culinary Arts tersebut memang sempat menjadi volunter di Farmers Market.

Dia merasa banyak hal sudah dipelajarinya.

Misalnya, varian sayuran yang dijual berbeda-beda sesuai musim.

”Ada petani yang menjual langsung.

Masyarakatnya terbiasa memasak in season.

Jadi, semua bahan itu fresh.Tidak ada yang disimpan terlalu lama.

Kalau winter, hampir nggak ada yang
masak apa pun dengan tomat karena memang bukan musimnya,” jelas ibu dua anak tersebut.

Dalam benaknya, dia ingin mengubah paradigma masyarakat bahwa segala sesuatu yang impor itu bagus.

Pelan, namun pasti, lewat Earth Market yang digagasnya, Inda ingin mengedukasi masyarakat bahwa bahan pangan dari luar tentu tidak sesegar yang ditanam petani lokal.

Sebab, bahan tersebut
sudah melalui perjalanan cukup panjang sebelum sampai di tangan konsumen.

Menurut dia, itu adalah bagian paling menantang.
Salah satu yang dilakukannya untuk memulainya ialah merancang Organic Farm Project.

Untuk itu, dia menjadi fasilitator bagi petani lokal di Kota Batu.

Dia menekankan agar petani tidak menanam jenis yang sama seperti kecenderungan selama ini.

Sebab, petani akan lebih rentan rugi masal saat gagal panen karena tanamannya terserang wabah.

”Lahan 1 hektare di Batu itu memang fokus untuk tanaman apa pun secara organik.

Tapi, kebanyakan fokus di kale, sayuran yang punya antioksidan paling
tinggi dan harganya premium. Juga keluarga berry kayak mulberry yang bisa menggantikan bluberry,” ucap perempuan 45 tahun tersebut.

Hasil pertanian itu pun juga tersedia di Earth Market setiap sebulan sekali. Produk tersebut bersanding dengan segala macam penganan dari puluhan food artisan yang ikut serta.

Para artisan itu sudah lolos dari sesi kurator yang dilakukan Inda.

Semua makanan mesti dimasak secara sehat, homemade, dan berasal dari bahan organik.

Juga tidak ada tambahan 4P (pewarna dan pemanis buatan, pengawet, serta penyedap).

Juga ada yang menjual aneka roti dengan gluten yang dibuat sendiri sehingga kalorinya jauh lebih rendah. Ada pula yang mengolah donat, makaroni
skutel, hingga tart cake dari tepung beras, tepung jagung, tepung garut, dan tepung singkong.

Acara tersebut pun bertujuan mempromosikan bahan-bahan dari petani lokal. Artisan dari India maupun Korea juga kerap bergabung sebagai penjual dalam event itu.

Para pembelinya tidak hanya didominasi warga lokal, tetapi juga para ekspatriat dari berbagai negara. Earth Market juga sekaligus menjadi sarana
kampanye zero waste.

Dengan demikian, hampir tidak ada yang memakai kantong plastik untuk berbelanja.

Sebagian besar kemasan makanan pun berupa botol kaca yang bisa dipakai ulang.

’’Setiap April saya adakan Earth Festival yang lebih besar dengan tenant yang jauh lebih banyak.

Sampai ratusan tenant.
saya justru pengin banyak orang meniru untuk mengadakan Earth Market ini di berbagai sudut Surabaya,” kata perempuan yang juga anggota Expatriat Woman of Surabaya (EWS) itu.

(*/c20/end)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *