Merdunya Suara ‘Raisa’ , Jinakkan Massa Aksi 22 Mei

Kendaraan taktis Pengurai Massa atau Raisa. (Rian Alfianto/JawaPos.com)

RADARSUKABUMI.com – Aksi 22 Mei di Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sempat diwarnai kericuhan pada Rabu (22/5). Selain di Bawaslu, kericuhan juga terjadi di beberapa titik lainnya seperti daerah Tanah Abang dan Slipi, Jakarta Barat.

Aksi 22 Mei tersebut sebagai buntut dari penolakan hasil Pemilu. Aparat keamanan pun sudah mewanti-wanti aksi demo tersebut. Sebelum bentrokan dengan massa aksi 22 Mei, aparat yang tergabung yakni Polri dan TNI sudah berusaha maksimal untuk mengedepankan tindakan persuasif dengan serangkaian imbauan dan bujukan agar massa tak anarkis.

Bacaan Lainnya

“Bantu kami korlap, bantu kami. Jangan kau rusak fasilitas yang ada. Itu dibayar dari uang kalian juga,” seru Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan lewat pengeras suara berusaha meredam ‘panasnya’ suasana di sekitar gedung Bawaslu pada Rabu (22/5) malam.

“Pak Ustad, kantor (Bawaslu) dibakar, jangan, jangan, jangan teman-teman, jangan, jangan lakukan itu, jangaaann,” teriak Harry yang berusaha meredam massa aksi yang sempat akan membakar gedung Bawaslu.

Seruan tersebut disampaikan bukan lewat pengeras suara biasa. Aparat yang tergabung dalam penjagaan aksi 22 Mei memanfaatkan ‘merdunya’ suara Raisa. Namun bukan Raisa penyanyi yang juga istrinya Hamish Daud. Raisa yang dimaksud adalah kendaraan taktis Pengurai Massa yang disingkat menjadi Raisa.

Raisa merupakan kendaraan khusus yang diterjunkan dalam beberapa situasi genting, termasuk aksi massa yang menyampaikan orasi atau demonstrasi. Raisa menggunakan platform Toyota Hilux double cabin. Kendaraan ini dibuat sedemikian rupa untuk bisa membantu aparat memecah massa atau hanya digunakan untuk pengeras suara.

Usut punya usut, sebagai kendaraan taktis khusus, Raisa memiliki keunggulan yang tidak dimiliki kendaraan taktis lainnya. Raisa dibekali dengan sistem audio frekuensi tinggi yang seketika bisa memekakan telinga orang-orang yang berada di depannya untuk lari tunggang langgang. Pasalnya, telinga manusia nyaris tak kuat menahan besarnya frekuensi audio dengan tenaga 600 hingga 1000 Watt itu.

Namun jika tidak sedang digunakan dalam situasi darurat, Raisa bisa juga digunakan untuk sarana pengeras suara biasa. Jika dirasa perlu untuk mengeluarkan audio frekuensi tinggi, baru kemudian jeritan maut Raisa dikeluarkan untuk membubarkan massa demonstran yang anarkis. Aksi anarkis massa akhirnya mereda. Mereka pun membubarkan diri pada Kamis (3/5) dini hari.

Editor : Fadhil Al Birra

Reporter : Rian Alfianto

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *