Lima Kilogram Kresek Jadi Sepuluh Meter Tampar

BIKIN BERMANFAAT: Tim IPLC Kreatif Keputih mendaur ulang sampah plastik menjadi tempat untuk pot gantung yang menghias taman dan jalan.

TANGAN Irwan Agus begitu lihai melinting helai demi helai kantong kresek.

Jari-jarinya perlahan memilin kresek itu hingga menjadi untaian tampar.

Dengan alat seperti roda sederhana, dia melakoni pekerjaan tersebut mulai pagi hingga sore.

Itu merupakan aktivitas baru para pekerja di Rumah Kompos Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) Kreatif Keputih.

Unit tersebut berada di bawah naungan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya.

Irwan bersama 12 orang lainnya memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai guna.

’’Pembuatan tampar sudah berjalan hampir sebulan,’’ ujar Irwan.

Tampar itu merupakan permintaan khusus Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

Dia ingin limbah plastik tidak terbuang begitu saja. Ada manfaatnya.

Akhirnya, tercetuslah ide membuat tali.

Benda itu nanti diubah menjadi pot.

Selama ini pot gantung yang biasa digunakan pemkot untuk dekorasi taman memakai sabut kelapa.

’’Kalau pakai ini, sampah bisa jadi berguna. Nanti tampar dililit ke rangka besi pot,’’ jelas pengawas Rumah Kompos IPLC Kreatif Keputih Bambang Nurdiari.

Untuk membuat sepuluh meter tampar, dibutuhkan lima kilogram kresek.

Yang digunakan bisa berbagai macam jenis dan warna.

Yang paling penting, kreseknya lemas dan tidak kaku.

’’Sampahnya dapat kiriman dari beberapa TPS 3C. Misalnya, Jambangan, Sutorejo, dan Wonorejo,’’ katanya.

Teknik pembuatannya pun cukup mudah.

Awalnya kantong kresek dibelah menjadi beberapa potongan.

Lebar tiap potongan sepuluh sentimeter.

Lantas, sehelai kresek itu dipelintir dengan alat khusus dan disambung lagi dengan kresek baru saat pelintirannya hampir sampai di ujung.

Alat yang digunakan pun buatan sendiri dan buah pemikiran sendiri.

’’Kalau di sini, prinsipnya selalu memakai barang bekas,’’ ujar Bambang sambil menunjukkan alat tersebut.

Memang, tim di Rumah Kompos IPLC Kreatif Keputih berbeda dengan yang lain.

Di sana ada tim khusus yang saban hari memanfaatkan barang bekas.

Mulai sampah plastik, spons, hingga ban.

Produk yang sudah dihasilkan, antara lain, bak sampah dari ban bekas, meja dari ban bekas, lampion dari kresek dan gelas plastik, serta alas jogging track dari sandal bekas.

Ada 13 orang yang bekerja.

Saat ini sembilan orang fokus mengerjakan tali tampar dari kresek.

Sisanya membuat tempat sampah dari ban bekas.
’’IPLC Kreatif ini dibentuk pada 2017. Mereka berasal dari berbagai latar belakang,’’ jelasnya.

Endra Setiawan, misalnya, sudah setahun berkarya di IPLC.

Sebelumnya, dia ditugaskan pada bidang kompos.

Bambang menjelaskan, orang-orang di IPLC memang punya kreativitas masing-masing.

Tidak heran, sudah banyak hasil daur ulang yang digunakan di berbagai tempat.

Menurut Bambang, di antara sekian banyak proses daur ulang, yang paling rumit adalah pembuatan alas jogging track dari sandal bekas.
Yang dipakai merupakan sandal spons, sandal jepit, dan matras bekas.

Alas berukuran 50 x 100 sentimeter itu terdiri atas 600 potongan sandal berukuran 5 x 10 sentimeter.

’’Kami harus menyesuaikan warnanya agar kelihatan rapi. Sayang, banyak sandal yang berwarna hitam,’’ kenang Erwin.

(*/c7/ano)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *