Jejak Pesantren di Sukabumi Pra Kemerdekaan

DI Sukabumi yang tergolong pesantren tua adalah Pesantren Cantayan, Genteng dan Samsul Ulum Gunung Puyuh. Ketiga pesantren ini memiliki pengaruh yang besar di daerah Sukabumi.

Walaupun di antara ketiga pesantren tersebut yang masih dapat dikatakan eksis keberadaannnya sampai sekarang adalah Pesantren Samsul Ulum Gunung Puyuh, namun kehadiran ketiganya tidak bisa dipisahkan begitu saja.

Bacaan Lainnya

Selain di antara ketiga pesantren ini memang di antara para pendirinya masih memiliki hubungan kekeluargaan yang masih sangat dekat, keberadaan ketiga pesantren tersebut banyak memiliki kontribusi yang besar terutama pada masa pergerakan sampai dengan masa revolusi kemerdekaan.

Yang pertama didirikan wilayah Sukabumi, adalah Pesantren Cantayan. Pesantren ini didirikan pada awal abad ke-20 oleh KH Yasin bin Idham bin Nur Sholih.

Pada tahun 1912 keberadaan Pesantren Cantayan ketika dipimpin K. H. Abdurrakhim dapat dikatakan sebagai pesantren besar dan cukup berpengaruh.

Terlebih setelah Ahmad Sanusi kembali dari Mekkah pada tahun 1915. Ia banyak membantu dan memberikan pengajaran terhadap santri-santrinya.

Sepeninggal KH Yasin, Pesantren Cantayan dilanjutkan oleh anaknya yaitu KH Abdurrakhim. Beliau sendiri meninggal pada tahun 1950 dan digantikan KH Nahrowi yang telah mendirikan pesantren lain di Cisaat.

Jika pada masa KH Abdurakhim Pesantren Cantayan berkembang dengan pesat, maka pada masa KH Nahrowi pesantren ini justru mengalami kemunduran.

Indikasi ini mulai terlihat dari jumlah santri yang datang untuk belajar semakin berkurang, ditambah dengan kesibukan KH Nahrowi yang waktunya banyak tersita untuk mengurus Pesantren Cisaat yang telah didirikan sebelumnya.

Oleh karena itu, tidak mengherankan, pasca KH Nahrowi, perjalanan pesantren ini terus menurun sampai akhirnya hilang sama sekali dan kini hanya tinggal jejak-jejaknya saja.

Sementara Pesantren Samsul Ulum Gunung Puyuh, didirikan oleh KH Ahamd Sanusi pada tahun 1934. Ia adalah anak ketiga dari KH Abdurrakhim (pendiri pesantren Cantayan) dari isterinya yang pertama, yaitu Ibu Empo/Epok.

Sebenarnya sebelum mendirikan Pesantren Gunung Puyuh, pada tahun 1922 KH Ahmad Sanusi pernah mendirikan sebuah pesantren yang bernama Pesantren Genteng Babakan Sirna sebagai pengembangan dari Pesantren Cantayan yang dibangun ayahnya, di kaki gunung Rumpin, Babakan Sirna, Cibadak Sukabumi.

Di antara santri-santrinya yang pernah belajar di pesantren Genteng ialah Qomarudin, Siroj, Marfu, Sholeh, Nuh, Makhrowi, Nuh, Mukhtar, Hafidz dan Zaen.

Mereka merupakan angkatan pertama, sedangkan untuk angkatan kedua ialah Damiri (KH Yusuf Taujiri, pendiri pesantren Cipari), Nawawi, Hasbullah, Badrudin, Zainudin, Masturo, Nurhawi, Kurdi, Uho, Suhrawardi, Kholil dan Ahmad.

Pada masa kecilnya, KH Ahmad Sanusi selain belajar di Pesantren Cantayan milik ayahnya, ia pernah belajar di beberapa pesantren, di antaranya Pesantren Selajambe, Cisaat Sukabumi kepada KH Muhammad Anwar. Selanjutnya ia belajar di Pesantren Sukamantri, Cisaat Sukabumi kepada KH Muhammad Siddik. Kemudian ia juga belajar di Pesantren Sukaraja, Sukabumi kepada KH Jenal Arif.

Setelah dari pesantren ini ia belajar di Pesantren Cilaku dan Ciajag (Cianjur), Pesantren Keresek dan Bunikasih (Garut), Pesantren Gudang (Tasikmalaya) kepada KH Sujai dan di Pesantren Gentur Jambudipa Cianjur kepada KH Ahmad Satibi.

Pada tahun 1909 ia berangkat ke Mekah dan berguru kepada H. Muhammad Junaedi, H. Muhtar, H. Abdullah Jawawi, Syeikh Shaleh Bafadil dan Said Jawani, seorang mufti dari madzhab Syafii.
Dengan demikian, jika dicermati baik Pesantren Genteng ataupun Samsul Ulum Gunung Puyuh memiliki jaringan dan hubungan kekerabatan intelektual dengan pesantren-pesantren tersebut karena memang KH Ahmad Sanusi sebagai pendiri dari kedua pesantren tersebut jauh sebelumnya pernah belajar di pesantren- pesantren itu. (net)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *