Misteri Penunggu Rel Nenek Seloyong, di Balik Anjloknya KA 1722

KRL anjlok hingga keluar rel. Bahkan KRL sampai terguling (Istimewa)

Berdasarkan cerita warga seki­tar, dahulu kala pos ronda dengan atap seng itu sempat digunakan warga sekitar untuk sejumlah kegiatan pengamanan kampung seperti ronda dan lain sebagainya. Lantaran banyaknya kejadian janggal, hingga sejumlah penam­pakan makhluk dari dunia lain di pos tersebut, hingga kini pos ronda yang berada tepat di atas gundukan tebing dan bibir rel itu dibiarkan begitu saja oleh warga.

Sementara itu, ahli spiritual Roni Sanghyang Naga menjelas­kan, secara umum anjloknya KA 1722 merupakan sebuah ujian atau teguran dari Sang Maha Pencipta. Menurutnya, peristiwa gaib biasanya identik dan aktif pada waktu, tanggal dan bulan tertentu. Namun dari sisi waktu terjadi kecelakaan kemarin tidak tersudut pada hal yang sakral.

Bacaan Lainnya

“Peristiwa celaka mempunyai beberapa sudut pandang. Bisa karena wilayah tersebut mengandung energi negatif yang banyak, atau dari beberapa kasus karena kelalaian,” katanya ke­pada Metropolitan, kemarin.

Menurutnya, tidak selamanya energi gaib menjurus kepada suatu bencana atau musibah. Namun adanya peristiwa tak kasat mata seperti penampakan atau perwujudan makhluk halus, bisa juga merupakan suatu pert­anda adanya peristiwa yang bakal terjadi di kemudian harinya. Secara istilah Sunda kuno, penam­pakan yang dilihat masyarakat adalah ciciren (pertanda dalam istilah Sunda, red).

“Sepintas memang terasa ada bagian energi mistik di lokasi kejadian. Namun jumlahnya kecil. Sehingga itu bisa dikatego­rikan ciciren atau pertanda bahwa akan terjadi kecelakaan,” tutup­nya.

Terpisah, salah seorang masinis PT KAI Daop 1 Ilfan Affandi (26) mengaku punya cukup penga­laman tragis selama menjadi masinis. Salah satunya ketika rangkaian kereta ditabrak ken­daraan lain atau orang yang melintas. ”Namanya tempered. Ditabrak, bukan menabrak. Ke­reta kan sudah ada jalurnya. Ini yang sering keliru bahwa kereta menabrak orang atau kendaraan,” katanya.

Affandi menceritakan saat per­tama kali ia berurusan dengan korban tabrakan kereta. Ia selalu memikirkan orang tersebut. ”Pertama-tama kepikiran lah. Orang tersebut bagaimana kon­disinya. Apa yang dia pikirkan. Tetapi lama-kelamaan ya mau bagaimana. Jalan terus, sesuai tugas,” ucap Affandi.

Ia lantas menjelaskan standar operasional prosedur saat ke­reta menemui halangan seperti tabrakan tersebut. Pertama, ma­sinis harus menghentikan ke­reta untuk memeriksa kerusakan kereta dan melihat kondisi korban. Pengecekan itu harus dilakukan dengan cepat karena masinis harus melanjutkan perjalanan.

Di stasiun berikutnya, masinis harus melaporkan kejadian yang dialaminya tersebut. ”Nantinya pihak stasiun akan membuatkan berita acara. Kereta melanjutkan perjalanan. Sementara korban tabrakan akan diurus petugas kepolisian,” jelasnya.

(ogi/c/mam/run)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *