Tentang Cinta

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua PGRI Kota Sukabumi)

Suatu sa’at. Saya melihat Si Cinta matanya sembab dan menagis. Saya perhatikan, kenapa Dia? Eh ternyata. Ia sedang menyaksikan sebuah acara di televisi, entah apa judulnya. Seorang Alvin mewawacara Anne Avantie. Seseorang yang sudah sukses dalam bidang rancang busana.

Bacaan Lainnya

Saya tidak bertanya dan mengomentari, mengapa Si Cinta menangis? Saya coba ikuti tayangan acara di televisi tersebut selama beberapa menit. Wow! Ternyata memang luar biasa. Alvin secara lembut mewawancara Anne Avantie. Jawaban-jawaban Anne Avantie sangat memukau.

Falasafah hidup, prinsip, motto dan tutur katanya penuh dengan makna motivatif. Sungguh luar biasa. Hal yang paling istimewa dari semua prinsipnya adalah apa yang Dia lakukan berbasis cinta. Wow, cinta. Menebar cinta dalam setiap tutur kata, perilaku dan pekerjaannya. Sungguh menawan.

Sepekan sebelumnya Saya membaca sebuah tulisan yang wow juga di koran Kompas. Tulisan itu cukup menarik. Masih berbicara tentang cinta. Judulnya adalah “LQ: Love Quotient.” koran Kompas dan Anne Avantie pekan ini seolah memberi literasi cinta. Literasi cinta atau bacaan dan tayangan tentang makna cinta memang tidak banyak kita saksikan. Padahal cinta itu sangat penting dalam kehidupan kita.

Tulisan di Koran Kompas tanggal 20 Januari tentang LQ. Diawali dengan kisah Presiden Jokowi yang berjongkok menyapa para alumni UI. Sebuah bahasa tubuh yang menjelaskan kecintaan dan penghormatan pemimpin pada rakyatnya. Plus kecintaan rakyat pada pemimpinnya. Aura cinta, terbaran cinta dan saling mencintai terasa mendominasi para alumni dan sosok pemimpin yang mereka kagumi.

Selanjutnya tertulis, Jack Ma, raja dagang digital, yang juga salah satu orang terkaya di dunia, mengajukan konsep LQ, love quotient, yang ia yakin dibutuhkan oleh dunia masa depan. “To gain success, a person will need high EQ; if you don’t want to lose quickly, you will need a high IQ, and if you want to be respected, you need high LQ — the IQ of love.

Menurut Jack Ma, love quotient ini mengukur kapasitas orang untuk mendekati dan bersikap baik kepada orang lain, seolah-olah orang lain itu adalah keluarganya. Seorang pemimpin pasti membutuhkan pengikut. Namun, berapa banyak pengikut yang benar-benar mengikuti dengan hatinya? Yang bergerak tanpa adanya janji-janji yang harus diumbar oleh pemimpinnya?

Jack Ma meyakini bahwa Love Quotient adalah kapasitas manusia yang tertinggi, yang justru merupakan kekuatan kita untuk menang terhadap mesin tercanggih apa pun. “A machine does not have a heart, does not have soul, and does not have a belief. Human beings have the souls, have the belief, have the value; we are creative, we are showing that we can control the machines.”

Kemampuan menyayangi ini bisa jadi terlihat terlalu sederhana sehingga sering kita sepelekan, taken for granted. Namun, ternyata bagi orang yang tidak biasa, kapasitas ini merupakan hal yang justru paling sulit dikembangkan bila kita sudah dewasa dan tidak terlatih. Kita perlu membekali lingkungan sosial sekitar kita dengan kemampuan love quotient, dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh individu-individu yang berpikiran positif (Kompoas, 20/01/19)

Wow cinta sungguh dahsyat. Bukankah Tuhan pun adalah maha dari segala maha cinta? Cinta Tuhan tidak bisa dibandingkan dengan cinta makhluk. Cinta Tuhan adalah cinta Sang Khalik. Ia maha cinta dari segala maha cinta. Tuhan tidak bengis, sadis dan kejam. Tuhan adalah energi cinta yang tak terbatas. Bila kita punya Ibu yang berjulukan muara cinta sumber kasih, yang kasihnya tak terbatas. Maka Tuhan adalah maha cinta yang menciptakan seorang Ibu yang penuh cinta.

Bila manusia punya kecerdasan cinta. Punya kompetensi cinta. Punya mental pecinta. Punya tutur kata dan perilaku menebarkan cinta sungguh wow. Anne Avantie dan Jack Ma nampaknya sudah memiliki LQ yang baik. Kayaknya kita perlu belajar dan menirunya. Mengapa kedua orang ini sukses luar biasa? Dari sekian kemungkinan dan variabel penentunya, tiada lain yang paling dominan adalah kekuatan cinta.

Realitasnya terbalik dengan apa yang terjadi di dunia maya saat ini. Saat tahun politik. Menurut Dr. Asep Salahudin dalam opininya di Harian Kompas, justru dunia maya menjadi wahana paling barbar. Dunia kampret dan cebong mendominasi. Menurut Kepala Pustekom Gogot Suharwoto, Ph. D, dunia maya kita dihuni oleh 800 ribuan konten bermasalah. Dari 1,85 juta konten.

Dapat disimpulkan dunia maya dan dunia nyata kita “bermasalah” terkait cinta. Masih banyaknya koruptor, kisah OTT, kriminalitas dll. nenunjukan ada masalah dengan cinta. Ada apa dengan cinta? Cinta oh cinta. Betapa berharganya cinta. Asal jangan salah cinta. Cinta yang salah. Salah mencintai. Bahaya! LQ atau Love Quotien adalah sebuah kecerdasan atau keunggulan manusia tentang cinta.

Ayo bercinta! Mari bercinta. Hindari berbenci. Beriri. Berdengki. Berhujat. Berhoaxs. Berbuli. Bersombong. Tuhan maha karya cinta. Siapa yang penuh cinta berarti ada Tuhan di hatinya. Sebaliknya siapa yang kering cinta, miskin apresiasi dan kikir menghormati orang lain. Malah buli dan kebencian maka dalam dirinya bersemayam “embrio” Syeitan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *