Masyarakat Harus Jadi Subjek Pembangunan

Ridwan Kamil

RADARSUKABUMI.com–Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membuka Focus Group Discussion (FGD) para anggota DPD RI dari 9 provinsi terkait penyusunan daftar inventarisasi materi RUU tentang partisipasi masyarakat, di ruang rapat Papandayan Gedung Sate Bandung, Kamis (24/1/19).

Dalam FGD tersebut, Gubernur memberikan sejumlah masukan, bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Sebab menurutnya, pada dasarnya masyarakat Indonesia tidak suka hanya jadi objek pembangunan.

Bacaan Lainnya

“Mereka ingin jadi subjek, diwadahi dan berpartisipasi. Jadi intinya kita harap semua undang-undang di Indonesia memuat roh partisipasi karena itu ciri khasnya orang Indonesia. Itu masukan saya di FGD ini,” tutur Ridwan Kamil.

Emil, sapaan Gubernur menjelaskan, penta helix merupakan teori partisipasi yang terdiri dari unsur ABCGM (Akademisi, Bisnis, Community, Government, Media).“Partisipasi ini ada teorinya, jadi aktor perubahan itu sekarang namanya teori penta helix ABCGM,” ucapnya.

Contoh partisipasi akademisi menurut Emil, yaitu saat ini banyak masyarakat yang ingin berpartisipasi membangun Indonesia melalui ilmunya, namun terhambat oleh aturan yang akhirnya hanya menjadi sebuah buku penelitian.

“Contohnya saya akan bikin problem statement Jabar, ada 10 masalah, Unpad mau menyumbang apa? Itu contoh partisipasi penta helix akademisi,” terang Emil.

Pada unsur bisnis yang memiliki kekuatan capital power atau uang, perlu dirangkul oleh pemerintah agar bisnisnya tidak berorientasi pada keuntungan.

“Mereka harus dirangkul supaya bisnisnya jangan profit oriented saja tapi harus ada sila ke-5 nya. Orang kaya silakan makin kaya tapi orang miskinnya harus kebawa-bawa maka gini rasio akan kecil. Contohnya 2 bulan lalu saya dirikan forum CSR BUMN Jabar,” ujar Emil.

Begitu juga dengan unsur community, government dan media, intinya adalah masyarakat akan senang bila dirinya menjadi bagian dari pembangunan.

“Jadi poin saya pada dasarnya orang Indonesia itu senang diajak ngobrol, senang merasa bagian yang mendisen masa depannya tapi kita pengambil keputusan sering kali tidak bisa membuat ruang itu,” katanya.

(humas jabar)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *