Tiga Hotel Tiga Malam

Saya jadi ingat ketika di Izmir. Juga terpaksa. Dapat Swissotel. Yang juga sangat mewah. Yang juga saya nikmati gymnya: gym terbesar yang pernah saya lihat di dunia. Sampai saya hitung ruangnya: ada ruang khusus sepeda balap. Dengan 20 sepeda berjajar. Ada ruang khusus sepeda pancal. Ruang treadmill. Alatnya dijajar sampai sejauh 120 langkah kaki saya.

Ada ruang dengan alat-alat canggih yang berat: untuk body building. Bagi yang muda-muda. Ada ruang untuk yoga. Dengan bola-bola besar. Sebanyak itu: 24 bola. Ada studio-studio yoga yang lebih kecil. Ruang khusus latihan beban. Ada kolam renang indoor dan outdoor. Ada segala macam alat jungkir balik. Segala macam alat getar.

Saya pernah ke gym yang sangat besar di Amerika. Tidak sebesar dan semewah yang di Izmir itu. Di hari kedua itu bisa saja saya jalan-jalan. Di sekitar Swissotel. Di belakang StRegist Hotel. Segala macam toko barang mewah ada di jalan-jalan sekitar itu. Yang juga sangat ramai. Dengan wanita penenteng belanja.

Di sekitar ini juga berderet praktek dokter. Khusus operasi plastik. Kecantikan. Botoks. Tarik benang. Implant payudara. Pemancung hidung. Pelebar mata. Mungkin juga. Penyemok pantat. Dan penyari rapet benda berharga.

Saya sudah tahu itu. Tidak perlu ke situ. Setelah dua malam di sisi Bahcesehir ini saya pindah lagi. Ke sisi Atasehir. Kota Istanbul yang di timur selat Bosphorus. Yang dari sisi barat terlihat seperti anak tiri. Seperti hinterland yang di depan.

Tapi, kini sebenarnya sudah berubah. Sisi timur itu tidak kalah pentingnya. Tidak lagi seperti ‘Samarinda Seberang’. Atau seperti ‘Kampung 20 Ilir’ di seberang Palembang. Kota Istanbul yang di sisi Asia ini sudah punya predikat baru: pusat bisnis dan finansial.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *