Spikul Latih Elite Berkomunikasi dengan Media

Berbagi Rahasia Apa yang Media Inginkan, Cegah Terjadinya Kesalahpahaman

Salah satu hal yang menjadi momok bagi profesional, adalah ketika harus berbicara dengan media dan publik. Pesan bisa tidak diterima dengan baik oleh jurnalis, karena mereka mengalami gugup.

Bacaan Lainnya

___________________

Berbicara di depan publik juga tidak hanya menjadi monopoli kalangan atau profesi tertentu. Semakin hari, semakin banyak individu yang menyadari pentingnya memiliki kemampuan ini.

Sayangnya, tidak semua yang mampu berbicara di depan publik, berhasil menyampaikan pesannya kepada publik.

Melihat fenomena tersebut maka Spikul didirikan. Spikul merupakan penyebutan dari speaking school, lembaga pelatihan public speaking yang mengkhususkan diri melatih orang-orang untuk dapat berkomunikasi dengan baik di hadapan media massa sehingga bisa menjadi seorang media darling.

Pakar branding dan konten kreatif Iman Sjafei menjelaskan, di era komunikasi dan informasi yang semakin pesat dan intensif, media menjadi semakin berpengaruh dalam menggiring opini publik dan secara langsung berpengaruh juga ke sektor-sektor publik, seperti politik dan bisnis.

“Bagi sebagian besar orang, berkomunikasi kepada media menjadi sebuah momok. Walaupun orang tersebut sudah fasih dalam hal public speaking, namun saat akan berkomunikasi dengan media, banyak yang mengalami kesulitan, baik teknis maupun non teknis,” jelasnya saat launching Spikul, di Jakarta, Jumat (9/11).

Didirikan oleh praktisi media langsung, Spikul menjadi unik karena ilmu komunikasi media akan diberikan dan dilatih langsung oleh orang-orang yang masih berkecimpung aktif di dunia media, seperti jurnalis, news presenter dan branding consultant.

Di antaranya Tommy Tjokro, pakar public speaking dengan pengalaman belasan tahun di dunia jurnalistik dan penyiaran.

Terdapat juga nama Clara Tampubolon yang dikenal sebagai pakar komunikasi dengan pengalaman kerja di beberapa stasiun televisi.

“Banyak politisi dan tokoh publik yang sudah mencapai kesuksesan dan sangat fasih berkomunikasi di depan umum, namun gagap saat menghadapi media.

Di pikiran mereka sudah terbentuk persepsi kalau media itu mengintimidasi dan menyebabkan apa yang ingin mereka komunikasikan menjadi buyar,” papar Iman Sjafei.

Dia menambahkan, di Spikul akan berbagi rahasia mengenai apa yang media inginkan, bagaimana bertanya dan bagaimana ingin dijawab.

“Tidak ada yang lebih mengerti cara media mengorek informasi dari narasumber kecuali kami sendiri, para praktisi media aktif,” ujar Iman Sjafei.

Spikul sendiri menghadirkan para pengajar yang menjadi praktisi bidang media. Diantaranya Anisha Dasuki (iNews), Balques Manisang (TV One), dan Dwi Anggia ((TV One).

Mereka disiapkan untuk mengembangkan kelas jurnalistik dan news caster Sepikul.
Dengan adanya Spikul, diharapkan semua elite bisa berkomunikasi dengan baik di media.

Sehingga bisa menciptakan kondusivitas, mencegah terjadinya kesalahpahaman dan hal-hal yang rawan diputarbalikkan.

“Selain cara berkomunikasi, kami juga akan bekali peserta dengan polesan personal branding yang kuat dan unik.

Sehingga yang bersangkutan akan memiliki karakter yang kuat dan menarik bagi media dan publik,” tambah Clara Tampubolon.

 

(nes)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *