JAKARTA – Dalam acara Talkshow dan Peluncuran Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendapat banyak masukan.
Salah satunya terkait tinggi skor TOEFL atau kemampuan bahasa Inggris yang jadi persyaratan peraih beasiswa.
Salah seorang peserta yang merupakan tokoh salah satu pesantren mengatakan, akan sulit bagi para santri untuk meraih skor TOEFL tinggi. Dia mengatakan akan berbeda jika yang di tes adalah bahasa Arab.
Dia ingin Menteri Keuangan bisa mempertimbangkan lagi persyaratan tersebut. Apa tanggapan mantan Direktur Bank Dunia yang juga lulusan master Amerika Serikat itu?
Ia menuturkan bahwa pemerintah sangat terbuka terhadap masukan-masukan dari para undangan. Dengan tegas ia mengatakan bahwa tentunya pemerintah ingin pesantren itu semakin maju dengan penguatan skills.
Maka itu pemerintah memberikan jalur afirmasi dengan kuota 100 santri. Namun ia agak keras soal TOEFL.
“Kalau TOEFL-nya jelek nggak akan masuk universitas bagus. Kalau nggak masuk universitas bagus ya tidak ada gunanya kita beri beasiswa, artinya kita berikan manfaat yang paling besar untuk santri itu sendiri,” jelas dia di Kementerian Agama.
Dia menuturkan kalau memberikan afirmasi terhadap kompetisi tentu ia memahami, namun tidak ada toleransi untuk skor TOEFL.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah juga tak ingin mengirim para santri untuk sekolah di universitas yang peringkatnya rendah.
“Karena kalau kita berikan beasiswa ke universitas yang kelas rendah atau bukan universitas bagus, maka cita-cita kita untuk membuat semacam lompatan kualitas sumber daya manusia akan terlemahkan,” ujarnya.
Dari informasi yang didapat dari web crmlpdp.kemenkeu.go.id, diumumkan bahwa skor minimal yang memenuhi syarat pendaftaran LPDP adalah:
a. Perguruan Tinggi Tujuan Dalam Negeri: TOEFL ITP = 500 atau TOEFL IBT = 61 atau IELTS = 6.0 atau TOEIC = 600.
b. Perguruan Tinggi Tujuan Luar Negeri: TOEFL ITP = 550 atau TOEFL IBT = 79 atau IELTS = 6.5 atau TOEIC = 750.
(uji/JPC)
