Bulog Diminta Gelontorkan Simpanan Beras

JAKARTA – Perum Bulog diminta segera menggelontorkan cadangan beras yang mencapai 2,4 juta ton sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat.

Tambahan pasokan diharapkan bisa menghindari kenaikan harga beras medium yang mulai beranjak naik.

“Bulog harus segera menggelontorkan berasnya. Untuk apa disimpan-simpan. Apalagi saat ini Bulog kan sudah bebas melakukan operasi pasar di sepanjang tahun,” ucap mantan Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, kepada wartawan di Jakarta.

Menurutnya, lansiran data beras terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan surplus 2,85 juta ton, bisa sangat pas-pasan hingga akhir tahun. Hal ini terlihat dari mulai meningkatnya harga gabah di tingkat petani.

“Ada potensi kekurangan beras di akhir tahun. Kan tiap tahun selalu begitu, akhir tahun sampai Februari biasa ada kekurangan. Nggak ada surplus,” tukasnya lagi.

Disebutkan Anton, stok di pasaran bisa berpotensi kurang karena catatan surplus yang dirilis BPS lebih banyak tersimpan di rumah tangga.

Potensi kekurangan beras di akhir tahun yang terindikasi dari harga terlihat juga dari data BPS yang menyebutkan adanya penyusutan luas lahan untuk pertanian padi.

“Lahan nyusut, sementara tiap tahun ada pertumbuhan masyarakat sekitar 1,4 persen. Konsumsi pasti nambah. Jadi kekurangan ini sesuatu yang jelas,” kata pria yang kini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kopi Nasional ini.

Senada, pengamat perberasan sekaligus akademisi UI, Mohamad Ikhsan mengatakan, terus menanjak naiknya harga beras bukanlah keanehan yang terjadi akibat perdagangan.

Kondisi ini tak lain karena memang panenan sudah berkurang. Harga gabah dari petani pun dilihatnya memang juga sudah melambung.

Karena itu, inilah saatnya melepaskan stok-stok yang ada di gudang Bulog agar harga beras bisa kembali terjangkau.

“Stok itu harus disimpan pada musim panen, dilepas pada musim bukan panen,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, akhir pekan.

Ia memperkirakan, untuk bisa mencapai harga normal beras medium, setidaknya Bulog mesti menggelontorkan stoknya sebanyak 100 ribu ton per bulan.

Untuk diketahui, saat ini harga beras medium di tingkat eceran memang sudah tinggi. Angkanya bahkan sudah melebihi anjuran HET pemerintah di nominal Rp9.450 per kilogram.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga beras medium terendah ada di Nusa Tenggara Barat, yakni Rp9.600.

Padahal pada Jumat kemarin, harga beras medium di provinsi tersebut masih Rp9.150 per kilogram. Di provinsi lainnya, per Senin (9/11), harga beras medium sudah di atas Rp10.000 per kilogram.

Harga beras medium tertinggi tercatat di Sumatra Barat yang sudah mencapai Rp14.650 per kilogram.

 

(ask/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *