Inspirasi Kopisemel Puskesmas Krian untuk Sidoarjo

Berkat gerakan Kopisemel, Bupati Saiful Ilah menerima penghargaan Good Practice Award for Inclusive Workforce Champions in the Public Sector. Penghargaan dari Jawa Pos Institute Pro Otonomi (JPIP) itu diserahkan Gubernur Soekarwo akhir Oktober
lalu. Apa itu Kopisemel?

ROBBY KURNIAWAN

’’DI rumah, saya habis masak sop tahu. Rasanya enak sekali. Boleh dicoba Bu Ratna,’’ ucap Lianda (bukan nama sebenarnya) kepada Ratna Dewi Rahmawati, dokter di Puskesmas Krian. Mendengar tawaran tersebut, Ratna membalas dengan senyum ramah sambil menganggukanggukkan kepalanya.

’’Bagus. Pintar masak ya sekarang. Tapi, masih suka tertawa-tawa sendiri,’’ ujar Ratna. Kenapa senyum-senyum sendiri? Lainda pun bercerita, ada seseorang yang tengah berbicara kepadanya. Ucapannya lucu. Kadang ada suara anak kecil dan dewasa.

Menurut Ratna, Lianda merupakan penderita skizofrenia. Warga asal Bojonegoro itu mengalami gangguan mental yang mengakibatkan halusinasi, de lusi, pikiran kacau, dan peru bahan perilaku. Nah, Lianda men jadi salah seorang pasien yang sedang ditangani Kopisemel. Kependekan dari Komunitas Peduli Kesehatan Mental.
’’Sejak kami dampingi, kondisinya jauh lebih baik. Daya ingatnya semakin kuat. Interaksi dengan warga juga sering. Temannya sekarang banyak,’’ kata perempuan 34 tahun itu.

Di samping Ratna, saat itu ada Lilis Suryani. Warga Desa Sedenganmijen tersebut menjadi salah seorang relawan Kopisemel yang membina Lianda. Kali pertama bertemu Lianda, wajahnya tampak hitam di sekitar kelopak mata. Dia jarang tidur dan kerap marah-marah. Bahkan, tangannya sering mencakar kepala Lilis. ’’Sekarang beda. Pintar nyapu, bikin daur ulang, dan masak,’’ tutur Lilis.

Tidak mudah mengubah perilaku orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Selain memberikan obat, Lilis menyatakan sering mendoakan dan memotivasi para ODGJ. Sering mengajak ngobrol. ’’Mereka itu butuh perhatian kami,’’ lanjutnya.Ratna menerangkan, Kopisemel dibentuk sebagai salah satu solusi untuk membantu ODGJ di Kecamatan Krian. Tujuannya,

mereka bisa pulih dan bebas dari diskriminasi. Menurut dia, salah satu penyebab ODGJ adalah tekanan mental dari orang sekitar. Dia lalu menyebut seorang perempuan berinisial IS. Dia mengalami gangguan jiwa karena hubungan asmaranya tidak direstui keluarga.

Orang yang mendukung pun tidak ada. IS sering menyendiri. Bahkan, dia pernah dipasung. Keluarga memasung IS karena takut melukai warga. IS sering melempar batu sembarangan. ’’Anggota Kopisemel datang merayu untuk dilepaskan,’’ tambahnya.

Rayuan tersebut ditolak. Namun, para relawan tidak menyerah. Pihak keluarga berkali-kali diajak untuk memulihkan. Caranya, membuat kerajinan dan kegiatan kumpul bersama ODGJ lainnya. Semua bisa menuangkan keluh kesahnya.’’Akhirnya setuju dan dilepaskan. IS sudah lebih dari 19 tahun dipasung,’’ tambahnya.

Pembebasan IS bukan yang pertama. Hingga kini, sudah ada delapan orang yang dilepaskan dari pasung. ’’Harus dibebaskan,ditangani dengan tepat dan kasih perhatian lebih,’’ tuturnya.Nah, gerakan untuk membantu penanganan ODGJ dari Puskesmas Krian itu berbuah prestasi. Menurut Ratna, inovasi Kopisemel

muncul lantaran keprihatinan. Orang yang mengidap gangguan mental sering diasing kan masyarakat. Bahkan dipasung pihak keluarga. Dia menegaskan, Kopisemel akan terus bergerak. Inspirasi dari Krian untuk Si doarjo.

 

(*/c15/hud)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *