Guru Harus Mampu Bangkitkan Penalaran Siswa

JAKARTA – Siswa tingkat akhir jenjang SMP dan SMA/sederajat tidak lama lagi akan menghadapi ujian nasional (Unas). Biasanya, guru mulai menerapkan sistem latihan (drilling) untuk menyiapkan siswa menghadapi ujian tahunan itu.

Rektor sekaligus guru besar FKIP Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat menyatakan, metode drilling kepada siswa dalam menghadapi unas sudah menjadi tradisi.

’’Ketika anak-anak bersiap menghadapi unas, para guru sibuk sekali mempersiapkan latihan untuk mereka,’’ katanya di kampus UT, baru-baru ini.

Pakar kurikulum itu mengingatkan guru supaya tidak menjadikan metode drilling sebagai satu-satunya cara menyiapkan siswa menghadapi unas.

Menurut dia, mengerjakan contoh soal atau drilling hanya memenuhi aspek menghafal. Padahal, siswa dituntut mampu berpikir kritis dan bisa menggunakan nalar serta logika mereka.

’’Guru sebaiknya membangkitkan reasoning (penalaran, Red) siswa dalam setiap menghadapi soal,’’ tuturnya.
Untuk membangkitkan nalar mereka, siswa akan dirangsang untuk selalu berpikir kritis dan menggunakan logika. Dengan demikian, mereka tidak semata mengandalkan daya hafalan.

Ojat juga menyatakan, tahun depan pemerintah tetap mempertahankan butir soal yang bersifat higher order thinking skills (HOTS). Dia menegaskan, soal berkategori HOTS tersebut bisa dipecahkan jika siswa memiliki kemampuan nalar yang baik.

Dia mengakui, masih ada sebagian guru yang kurang terbiasa dalam mengembangkan contoh soal yang merangsang logika siswa.

Sementara itu, Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi menjelaskan, kebijakan unas tahun depan tidak jauh berbeda dengan tahun ini. ’’Termasuk soal HOTS,’’ ujarnya kemarin.

Tahun depan materi soal HOTS masih ada dengan jumlah yang tidak jauh berbeda. Pada Unas 2018, materi soal HOTS sekitar 15 persen. Tahun depan mungkin hanya sekitar 20 persen.

Selain mengenai soal tipe HOTS, waktu pelaksanaan tidak jauh berbeda. Jumlah siswa yang mengikuti unas per jenjang pendidikan diperkirakan sama.

Menyikapi metode drilling yang mendekati ujian, dia menilai hal itu kurang tepat. Bambang menjelaskan, seharusnya prinsip belajar tuntas dilakukan para guru. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar ketika mendekati unas.

’’Jika sudah tuntas, diuji kapan pun dan oleh siapa pun tidak perlu takut,’’ tegasnya.

 

(wan/lyn/c5/agm)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *