Tolak Pesantren Jadi Tempat Kampanye Politik

JAKARTA— Menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2019, kampanye Pilpres maupun Pileg dilakukan di berbagai wilayah dan menyasar seluruh golongan masyarakat. Generasi milenial tidak luput dari sasaran kampanye, misalnya mahasiswa dan santri.

Melihat hal tersebut, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj pun khawatir politik praktis terjadi di pesantren-pesantren Indonesia. Karena itu dia mengaku tidak setuju, jika ada kampanye yang dilakukan di tempat belajar para santri tersebut.

Bacaan Lainnya

“Kampanye dalam arti politik praktis (di pesantren) saya setuju itu dilarang,” ujarnya saat ditemui usai mengisi acara di Yayasan Buddha Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Minggu (21/10).

Namun, berbeda dengan kampanye yang disampaikan dengan cara silaturahim. Sebab, hal tersebut merupakan salah satu ajaran Islam, di mana mempererat persaudaraan adalah kewajiban.

“Silaturahim dan mempererat persaudaraan sangat penting. Maka saya katakan tadi, tidak ada pesantren tawuran, pernah dengar nggak pesantren Daarul Naja dan Sidiqiyah tawuran misalnya? Nggak ada. beda sama anak SMA kan,” tutur Kiai, sapaan akrabnya.

Menurut Islam, dia menerangkan, silaturahim adalah kegiatan saling mengunjungi. Dalam hal ini, calon presiden, calon wakil presiden, ataupun calon legislatif yang berkunjung ke pesantren diharapkan bisa menghindari politik praktis.

“(Capres-cawapres) boleh silaturahim, mempererat persaudaraan. Sesuai ajaran Islam, ayo kita saling kunjung-mengunjungi, memaafkan, yang muda mendatangi yang tua, murid, guru. Biasa itu,” tegas Said Aqil.

 

(yes/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *