Impian Dua Desainer Tunarungu setelah Tampil di Panggung Busana Internasional

Keikutsertaan di Jakarta Modest Fashion Week sangat mengangkat kepercayaan diri Ninik dan Puput. Kini mereka ingin bisa memasukkan karya ke department store dan, lebih jauh lagi, pasar internasional.

ANISATUL UMAH, Jakarta

KILAT blitz puluhan fotografer, juga sorot warna-warni lampu laser, masih terekam jelas dalam ingatan Sri Indriani Noersetyaningsih. Begitu pula aplaus meriah di atrium Gandaria City, Jakarta. Yang tak bisa dia dengar, tapi bisa dia tangkap lewat ekspresi ratusan orang di sana. Yang memaksa matanya berkaca-kaca. ”Saya terharu, bangga juga,” kata perempuan yang akrab disapa Ninik tersebut dengan terbata-bata.

Hari itu, 28 Juli 2018, Ninik, seorang desainer tuli (lebih senang disebut demikian ketimbang tunarungu), melihat karya busananya diperagakan dengan apik. Oleh rekan-rekannya sesama penyandang disabilitas. Dalam sesi Dream and Design for Disabilities yang merupakan bagian dari Jakarta Modest Fashion Week itu.

Sebagian duduk di kursi roda. Ada juga yang memakai kruk untuk menopang kaki. Ada yang memiliki satu lengan. Dua di antaranya adalah atlet renang peraih emas ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, yakni Laura Aurelia Dinda dan Nor Aimah.

Modest Fashion Week yang menampilkan banyak busana muslim itu sebelumnya diselenggarakan di tiga metropolitan dunia. Masing-masing Istanbul Modest Fashion Week pada Mei 2016, London Modest Fashion Week pada April 2017, dan Dubai Modest Fashion Week pada Desember 2017. Ajang tersebut dimotori Franka Soeria, pengusaha mode dari Indonesia yang bermukim di Istanbul, Turki. Kebanggaan serupa dirasakan oleh desainer tuli lainnya, Putri Permata Sari. Meski, di antara lima desain yang dia ajukan, hanya satu yang bisa tampil dalam ajang yang sama. ”Senang sekali rasanya,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *