Berbagi kepada Sesama Korban Gempa ala Kampung Jawa di Sigi

Dapur umum bikinan para ibu Kampung Jawa di Sigi menghasilkan ratusan nasi bungkus yang disebar hingga ke Palu. Kesibukan memasak sekaligus jadi sarana menghilangkan trauma gempa.

HASTI EDI SUDRAJAT, Sigi

Bacaan Lainnya

DWI Ratih Wijayanti asyik mengiris bawang merah di teras rumah. Di sebelahnya, Ratna Dewi sibuk memotong wortel. Di dapur umum yang bertempat di sebuah rumah di Dusun Satu, Desa Langaleso, Kabupaten Sigi, tersebut ada belasan perempuan lain yang sama sibuknya dengan Dwi dan Ratna. Sebagian membungkus nasi. Sebagian yang lain menggoreng telur.

Gelak tawa sesekali terdengar. Celotehan bersahutan. ’’Ojo kakean ngomong, ndhoge gosong lho (jangan banyak bicara, telurnya gosong, Red),’’ goda Qori yang tengah membungkus nasi kepada Tri Lukiyanti yang sedang menggoreng. Yang digoda merespons dengan tertawa lepas. Kalau suasananya terasa sangat Jawa di pelosok Sulawesi Tengah tersebut, itu wajar. Sebab, Dusun Satu memang dikenal sebagai ’’Kampung Jawa’’.

Ada 20 kepala keluarga (KK) asal berbagai kota di Jawa yang berdomisili di sana. Sebanyak 12 KK di antaranya berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Sisanya, antara lain, dari Sragen dan Boyolali (keduanya di Jawa Tengah) serta Kuningan dan Bekasi (Jawa Barat). Mereka sebenarnya juga korban gempa yang mengguncang Sulawesi Tengah pada 28 September lalu. Tapi, mereka, dalam hal ini para ibu, tetap secara sukarela bergerak mendirikan dapur umum sejak 6 Oktober lalu.

Ratusan nasi bungkus dihasilkan dari dapur umum yang didirikan di rumah Robikatun alias Mbok Atun, salah seorang warga yang paling awal berdomisili di Dusun Satu. Disebarkan secara bergiliran ke berbagai posko pengungsi. Misalnya, Desa Jono Oge dan Sidera. Keduanya masuk wilayah Kecamatan Sigi Biromaru, Sigi. Juga ke Desa Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Palu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *