Bersedekah dengan Sampah di Kampung Brajan

Dengan prinsip setor dan lupakan, sedekah sampah yang dipandegani Ananto Iswantoro sejak 2013 berhasil membantu warga sekitar. Mulai untuk lansia, biaya pendidikan anak-anak, sampai hajatan kampung.

TAUFIQURRAHMAN, Jogjakarta

Bacaan Lainnya

MATAHARI belum terlalu lama menampakkan diri. Tapi, di pelataran masjid itu, puluhan anak, remaja, dan orang tua sudah ramai meriung. Masing-masing membawa satu atau dua karung aneka macam sampah. Mulai kardus, botol plastik, sampai barang-barang rusak.

Tak lama berselang, kendaraan roda tiga yang dikendarai Rahmatullah masuk halaman Masjid Al Muharram, Kampung Brajan, Bantul, Jogjakarta, tersebut. Bak belakangnya juga penuh berisi berbagai macam sampah. ”Anak-anak muda ini relawan semua. Mereka akan memilih dan memilah sampah sebelum dijual ke pengepul,” kata Ananto Iswantoro kepada Jawa Pos Minggu pagi lalu (7/10) itu.

Sampah-sampah yang dikumpulkan di pelataran masjid tersebut bagian dari program sedekah sampah. Ananto-lah penggagas sekaligus ketua kegiatan yang dimulai pada 2013 itu. Dulu, saat memulainya, pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 41 tahun lalu tersebut harus merombak mobil Kijang miliknya. Kursi tengah dicopot untuk memberi ruang kargo. Dia berkeliling kampung-kampung, bahkan sampai ke Sleman, untuk mengumpulkan sampah-sampah sedekah.

Sekarang sedekah sampah sudah bisa membeli mobil pikap dan satu unit motor niaga Tossa. Dalam seminggu pengumpulan sampah saja, bisa terkumpul Rp 1 hingga 2 juta. Tapi, tujuan utama sebenarnya bukan uang. Melainkan nilai-nilai sosial dan religiusitas. Ananto ingin mengajarkan bahwa sedekah bisa dilakukan baik pada saat lapang maupun susah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *