Stenly Tatoy, Hanyut Tiga Bulan Hari dari Ternate sampai Mikronesia

Rompong tempat mereka bekerja sama-sama berlokasi di Perairan Ternate. Pemiliknya juga kakak-adik. Bedanya, Aldi “hanya” hanyut selama 49 hari. Sebelum diselamatkan sebuah kapal pengangkut batu bara dekat Guam. Kapal itu lantas membawanya ke Jepang. Dari sana, KJRI Osaka lantas membantunya pulang ke Indonesia September lalu.

Para penjaga rompong biasanya dibekali beras, ikan asin, air bersih, dan gas elpiji selama masa berjaga. Nah, ketika hanyut, persediaan beras Stenly tinggal 10 liter. ”Jadi, satu bulan sudah habis beras saya,” katanya ketika dihubungi Manado Post melalui video Facebook Messenger.

Untuk bertahan hidup, dia bergantian bakar ikan dan makan ikan mentah. Untuk membakar ikan, bahannya diambil dari kayu-kayu rakit. Sedikit demi sedikit. Seperti juga yang dilakukan Aldi dulu ketika gas elpiji habis.

Selebihnya, untuk menghabiskan waktu, dia hanya bisa berdoa. Siang dan malam. Bahkan, Alkitab yang dia bawa sampai habis dia baca. Menurut Alfonsus Tatoy, ayah Stenly, informasi pertama mengenai keberadaan sang anak diperoleh melalui unggahan di Facebook milik Amelia Deasy Nathaniel, seorang WNI yang bekerja di Pulau Yap.

Sebelumnya, ketika mengetahui Stenly hilang, Alfonsus Tatoy, sang ayah, langsung melapor ke polisi. ’’Bersama istri saya terus berdoa siang malam. Tapi, ia (Stenly) sudah jauh hanyut dan tak bisa ditemukan,’’ ungkapnya.Alfonsus kini hanya berharap putranya yang telah berkeluarga itu bisa segera pulang. ’’Mengetahui dia selamat, saya lega sekali. Kiranya ia bisa sampai di sini dengan selamat,’’ ujar ayah enam anak itu.

Saat ini Stenly ditampung Paul JB, kapten kapal yang menyelamatkannya. Dia bisa tinggal di sana karena Paul bisa memberikan jaminan kepada pihak keamanan setempat. ”Saya hanya bisa balas budi membersihkan rumah Pak Kapten,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *