Nongkrong Enak di Angkringan Tanpa Batas

Tidak perlu jauh-jauh pergi ke Yogyakarta, untuk dapat menikmati cemilan khas daerah istimewa itu. Angkringan Tanpa Batas yang terletak di Jalan Salabinta, Sukabumi ini

juga mengusung tema tempat nongkrong dan makan layaknya seperti di Yogyakarta. Berbagai macam makanan dan cemilan bisa dinikmati di sina. Nasi kucing dan Wedang uwuh
adalah menu andalan.

SITI MAULIDINA, Sukabumi

Adalah Prilli Lestari dan juga Valerian yang memulai usaha angkringan di Jalan Salabintana, Sukabumi. Usaha kuliner ini sudah dimulai sejak November, 2017.

Saat itu Prilli dan Vale (Sapaan akrab Valerian,red) serta teman-temannya sedang berlibur di Yogyakarta. Mereka sering mengunjungi angkringan yang ada di Malioboro.”Waktu makan di Angkringan Yogya belum kepikiran tuh mau bikin angkringan di Sukabumi,”ujar Prilli kepada wartawan Radar Sukabumi saat ditemui di kedainya, Selasa (25/9).

Tidak lama kemudian, keduanya iseng-iseng belanja frozzen food seperti sosis bakar dan fishroll. Dari situ, muncullah ide untuk membuat angkringan dan jualan frozzen food.”Gerobaknya dikirim langsung dari Klaten dan ornamen lainnya yang kental akan nuansa angkringan Jawa,”imbuhnya.

Di Kota Sukabumi, angkringan seperti ini masih terbilang jarang. Untuk menu andalannya, Prili dan Vale menjual nasi kucing, mendoan dan minuman wedang uwuh yang komposisinya terbuat dari bahan rempah-rempah alami, jahe, cengkeh dan gula batu. Selain itu ada juga manggo calvis yang segar untuk diminum.

“Bedanya sih kita menjual frozzen food di angkringan ini, untuk menarik konsumen dari kalangan anak-anak,”paparnya.

Sedangkan pedagang yang lain, frozzen food biasanya dicelupkan ke telor dadar dan di goreng.”Kalau frozzen food dikita diolesi pakai bumbu khusus dan dibakar jadi lebih enak,”tutur Prilli.

Selain frozzen food, tersedia juga sate usus, sate kulit, ati ampela dan juga ceker ayam masing-masing Rp2 ribu/pcs. Untuk satu Porsi nasi kucing, dibanderol Rp3 ribu saja. Buka dari pukul 17.00 WIB sampai malam hari.
Pasangan kompak ini mengaku tidak memiliki jam yang pasti untuk menutup angkringannya tersebut.

“Mulai buka jam 17.00, biasanya ramai sehabis Isya karena anak muda biasanya senang nongkrong malam-malam. Kalau tutupnya tergantung gimana ngantuknya aja, kalau ngantuk jam 23.00 WIB ya tutup kalau belum ngantuk lanjut terus,”ungkap Vale dengan sedikit tawa.

Ada tiga pekerja yang membatu dalam menjalankan bisnis angkringannya ini, jika sedang ramai mereka bisa menambah pekerja hingga lima orang, kadang keteteran juga.

“Omzet yang dihasilkan sih bisa mencapai Rp1 juta-Rp1,5 juta per hari, namanya usaha nggak selalu ramai ada juga sepinya, kadang kalau sepi cuma ngelamun aja,”ucapnya.

Vale berharap usahanya akan terus berjalan lancar, sehingga dirinya bisa membuka cabang di tempat lain dan juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang-orang disekitarnya.(*/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *