Wisata Dower Berpaling ke Ayam Geprek

SUKABUMI – Ayam geprek, nampaknya memang tengah naik daun. Untuk itu, Eri Pebriadi (21) memanfaatkan peluang bisnis kuliner yang ia beri nama Wisata Dower.

Sebelum mengganti menu kuliner menjadi ayam geprek, pria yang menjadi tulang punggung keluarga ini juga sempat berjualan tutut dan ceker ayam.

Pantauan Radar Sukabumi, Eri yang masih berstatus sebagai mahasiswa ini menciptakan kuliner dengan tema Wisata Dower, karena hampir semua produk yang dibuatnya dikhususkan untuk para pemuda yang mencintai makanan pedas.

Sebelum memulai usaha ini sejak 2015, dulu ia sempat memproduksi tutut setan dan ceker ayam yang tidak kalah pedasnya.

“Sebelum jualan ayam geprek dulu jualan tutut dan ceker, tapi sayang peminatnya tidak terlalu banyak dan juga sekarang melihat ayam geprek sedang booming jadilah ganti menu Wisata Dower ini menjadi ayam geprek jeletot,” ujar Eri sambil memasak ayam geprek yang akan dijualnya, Senin (24/9).

Di Rumahnya yang terletak di Kampung Begeg, Kota Sukabumi, dirinya hanya dibantu oleh sang ibu dalam memasak. Setiap hari, ia bisa menghabiskan 3 kilogram (kg) ayam, setengah kg cabai merah dan cabai domba.
“Sehari rata-rata pesanan 30 sampai 40 porsi kalau lagi ramai, omzet yang didapat bisa Rp150 ribu sampai Rp200 ribu per hari,”jawabnya.

Ternyata tidak hanya menjual ayam geprek jeletot saja, tapi dirinya juga menjual ayam mozzarella, ayam bakar manis pedas dan juga mie geledek.
“Pesanan paling banyak sih di ayam geprek jeletot,”ungkapnya.Dagangannya itu dipasarkan melalui media sosial dan mengantarkan sendiri pesanannya.

“Biasanya kan ayam geprek orang lain itu sambalnya sedikit, nah kalau ayam geprek jeletot produksi saya sambalnya banyak banget jadi konsumen akan puas,”ucap Eri saat ditanya apa kelebihan dari ayam geprek buatannya.

“Kalau promosi di Facebook kadang ada juga pesanan dari luar kota, tapi saya terkendalan pengiriman jadi hanya melayani pengantaran di area Kota Sukabumi saja,”paparnya.

Baginya, menjalankan usaha sambil mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan tidaklah mudah. Harus pandai membagi waktu antara kuliah dan juga berjualan atau mengantarkan pesanan. Sesekali dirinya mengantar pesanan di kala jam istirahat kuliah. Bahkan pernah terlambat masuk kelas, lantaran hal itu.

“Karena kan saya tulang punggung keluarga, jadi saya menjalani usaha ini dan melihat peluang bisnis. Untuk bayar biaya kuliah juga,”lanjutnya yang bercita-cita bisa punya kios supaya para pelanggan bisa nongkrong dan menikmati kuliner Wisata Dower buatannya.

 

(pkl2/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *