Tiga Bocah Korban Penyekapan di Makassar

Setelah Melewati Hari-Hari Penuh Teror Saya Tidak Mau Ketemu Mama, Mau Sekolah Saja

AGUNG PURNOMO-RUDIANSYAH, Makassar

TAK ada lagi teriakan kemarahan. Juga, pukulan tiap kali ada kotoran anjing yang belum dibersihkan. Atau piring yang kurang bersih dicuci. Kemarin pagi (19/9) adalah lembaran baru bagi OW alias AW, 10, dan kedua adiknya, FN alias US, 5, serta DV, 2. OW memulainya dengan mandi, mengenakan seragam, lalu sarapan. Kemudian: pergi ke sekolah. ”Saya ingin jadi dokter,” katanya kepada Fajar (Jawa Pos Group).

Siapa yang akan mengasuh mereka bertiga selanjutnya memang belum ada kepastian. Status ketiganya, kata Kepala Bidang P2TP2A Hapidah Djalante, anak negara.

Untuk sementara, mereka berada dalam pengasuhan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Makassar, Sulawesi Selatan. Tapi, setidaknya mereka telah bebas dari teror Meilania Detaly Dasilva alias Memey alias Acci, 31, si ibu angkat. Setelah berhasil melarikan diri pada Senin lalu.

Oleh polisi, Memey yang ditahan sejak Senin (17/9) juga telah ditetapkan sebagai tersangka. Dengan sangkaan perlakuan salah dan penelantaran serta kekerasan rumah tangga. ”Diancam dengan hukuman maksimal lima tahun penjara dengan denda maksimal Rp100 juta,” kata Kasatreskrim Polrestabes Makassar Kompol Wirdhanto Hadicaksono.

Selama ikut Memey, OW pernah mengenyam pendidikan di SD Zion. Tapi, hanya sampai kelas IV. Selebihnya, ditinggal di lantai 3 ruko yang mereka tempati. Merawat kucing, tikus putih, hamster, tupai, kura-kura, dan ikan. Sebelum kemudian tersisa beberapa anjing

”Mama marah melulu kalau tidak dibersihkan semua kotoran anjing. Sengaja dipukuli,” ungkap OW yang berbincang dengan Fajar sembari ditemani Makmur, koordinator Tim Reaksi Cepat P2TP2A.

Paling sering, lanjut OW, disuruh merapikan lantai 1, 2, dan 3. Satu hari saja satu lantai tidak selesai, pasti dimarahi. ”Kalau mama marah, saya diam-diam saja,” ujarnya.Itu belum termasuk teror dari seorang pria yang kerap datang ke ruko. ”Dia takut karena lelaki itu sering membentak dan mengeluarkan suara keras,” kata OW dalam pengakuannya kepada Makmur.

OW yang hanya pernah bersekolah sampai kelas IV sekolah dasar itu mengaku tidak tahu siapa orang tua dia sebenarnya. Dia ikut Memey sejak umur 6 tahun. Sebelumnya dia ikut di omanya Memey ke Papua. FN alias US, tuturnya, sudah ada saat itu. Sedangkan DV anak mantan pembantunya, Shinta.

Pengakuan OW itu berbeda dengan Memey. Saat diperiksa polisi, Memey mengaku, OW dan FN anak kandungnya. Sementara itu, DV anak asuh. Untuk memastikan, polisi akan melakukan tes DNA.

Hidup dalam bayang-bayang tekanan fisik dan psikis seperti itu membuat OW dan dua adiknya haus kasih sayang. Afeksi berupa pelukan pun sudah membuatnya sangat senang. ”Siapa pun itu yang meluk,” katanya.

Itu terlihat pula saat bertemu dengan Fajar pada Selasa lalu (18/9). Awalnya sulit mengajaknya bicara. Tapi, begitu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Makassar Tenri Palallo mendampingi, lalu menyodorinya ponsel dengan isi game, barulah dia mendekat. Duduk di atas pangkuan.

OW juga mengaku sangat antusias bersekolah lagi. Dia ingin merealisasikan cita-cita menjadi dokter. ”Kalau mama datang, saya sudah tidak mau, pokoknya tidak mau. Mau bersekolah saja,” katanya sambil menggelengkan kepala.

Tekad OW itu mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Makassar. Ketiganya dijamin akan disekolahkan sampai perguruan tinggi. ’’Anak-anak harus mendapatkan haknya, seperti menjalani hari-hari yang ceria dan sekolah,’’ kata Tenri.

Selama ini, bisa dibilang OW-lah yang merawat kedua adiknya. Sehari-hari selama di ruko, dia memasak untuk adik-adiknya. ’’Kadang masak mi, kadang sup. Sup sayurannya ambil di kulkas,” ucapnya.

Menurut Tenri, FN sempat demam karena kelelahan. Setelah diberi obat, kondisinya membaik. Bahkan, kemarin dia telah ikut berangkat ke sekolah bersama sang kakak. Sementara itu, DV selalu aktif dan sangat suka digendong. ’’OW ini masih trauma. Kadang reaktif, kadang acuh,’’ ujarnya.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Umar Septono juga memberikan atensi besar kepada kasus tersebut. Pihaknya bakal melakukan penyidikan secara optimal. ’’Kami kendalikan supaya tidak ada penyimpangan,’’ jelasnya.

 

(*/rif-zuk/JPG/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *