Turki dan Teman yang Berseberangan

Turki heboh besar. Pemerintahan Erdogan terpojokkan. Citranya: banyak melakukan korupsi. Memberi aib. Beberapa anggota DPR mundur. Dari partai Erdogan sendiri. Malu. Arah berikutnya kian jelas. Menyasar ke anak-anak Erdogan: Bilal dan Burak Erdogan.

Bahkan akhirnya akan sampai ke Erdogan sendiri. Bumi Turki gonjang-ganjing. Langitnya kelap-kelap. Tapi Erdogan tidak kehilangan pegangan. Ia genggam kekuasaannya.Ia remaskan ke telapaknya. Kuat-kuat. Ia pecat jaksa agungnya. Ia pecat kepala polisinya. Hakim. Jaksa. Polisi. Tentara. Semua dirombak.

Bacaan Lainnya

Dan Erdogan dapat dukungan publik. Tapi juga begitu banyak yang sakit hati. Erdogan lolos dari kejatuhan. Lantas ia ciptakan istilah itu: kudeta hukum. Upaya menggulingkan Erdogan melalui cara penegakan hukum: memberantas korupsi.

Tiga tahun kemudian terjadi kudeta militer. Tahun 2016. Tak lain sebagai buntut peristiwa 2013 itu. Jumat sore itu Erdogan sedang liburan di luar kota. Malamnya sejumlah tank tentara terlihat di jalan-jalan raya. Yang di Ankara menuju istana. Yang di Istambul menuju jembatan Bosporus.

Istana dikepung. Lalu di bombardir. Jembatan Bosporus diblokade. Kendaraan dari arah Eropa tidak bisa melintas ke arah Asia. Selat Bospurus yang cantik itu menjadi tegang. Bandara internasional Istambul ditutup. Dikuasai militer. Rakyat bingung. Ada apa. Maunya menunggu kabar. Tidak ada penjelasan.Media sosial heboh: di mana Erdogan. Tidak ada kabar.

Semua membuka hand phone. Saling komunikasi. Terbelah. Lewat tengah malam baru jelas. Lima belas menit setelah pukul 00.00 Erdogan muncul di “Facebook”. Memberikan seruan: lawan! Heboh! Media sosial tidak tidur. Erdogan menentukan bentuk oerlawanan itu: people power. Rakyat diminta keluar rumah. Turun ke jalan. Menenuhi semua jalur.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *