Rencana Shinta Sebelum Meninggal, Wisuda Desember lalu Menikah

Shinta Putri Dina Pertiwi meninggal dunia setelah tenggelam di Danau Trebgast atau Trebgaster Badesee, Bavaria, Jerman. Ternyata, mahasiswi asal Malang tersebut bakal wisuda pada Desember 2018. Setelah wisuda, Shinta pun berencana akan menikah.

Menurut Sang Ibu, Umi Salamah, 54, anak keduanya tersebut baru saja menyelesaikan pendidikan kedokteran di Universitas Leipzig, sebelum kemudian melanjutkan konsentrasi pendidikan spesialis forensik di Universitas Bayreuth.

Bacaan Lainnya

“Insyaallah Desember ini wisuda,” kata Umi ditemui JawaPos.com di kediamannya, Selasa (14/8).

Berita Terkait : Mahasiswi Malang Tewas di Danau Jerman

Dia menceritakan, rencananya setelah wisuda Desember nanti, Shinta akan menikah dengan kekasihnya yang juga merupakan orang Malang. Namun, semua rencana indah tersebut harus pupus.

Shinta yang merupakan sosok periang dan pintar itu tewas tenggelam di Danau Trebgaster, Bavaria, Jerman, Rabu (8/8) lalu. Umi mengenang, sejak lulus SMA, Shinta memang langsung mengambil studi di Jerman. Pendidikan yang dijalani Shinta murni dari beasiswa.

Umi mengatakan, Shinta setidaknya sudah berada di Jerman selama lima tahun terakhir. Selama di Jerman almarhumah belum pernah pulang. “Dia anaknya konsisten, katanya kalau belum lulus tidak mau pulang ke Indonesia,” ujar wanita yang juga menjadi dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya itu.

Bak petir di siang bolong, Umi pun tak menyangka jika dirinya harus kehilangan putri satu-satunya secepat itu. “Saya sangat kehilangan. Selama tiga hari ini nggak berhenti nangis. Makan engga doyan. Salat, ngaji, udah nangis,” jawabnya.

Ibu tiga anak itu tidak mengira jika komunikasi dengan Shinta pada Rabu (8/8) petang menjadi saat terakhir dia mendengar suara anaknya. Dia menceritakan, saat itu Shinta menelfon dirinya untuk menanyakan terkait bencana gempa di Indonesia.

“Hanya tanya, Ibu di Malang ada gempa. Sudah itu saja,” kata dia. Sayangnya, saat Shinta menelfon, berbarengan dengan waktu magrib. Umi pun harus mengakhiri percakapan itu karena harus melaksanakan salat maghrib.

Namun, setelah salat maghrib, Umi mencoba menghubungi Shinta kembali dan ternyata tidak tersambung. Bahkan, ketika di WhatsApp (WA) juga tidak ada balasan.

Umi kemudian memposting foto Shinta di akun Facebook miliknya disertai dengan caption sebuah puisi berjudul Bidadari Cinta. “Ya tujuannya agar dibalas. Soalnya saya telfon dan WA tidak bisa,” terangnya.

Namun tak disangka, keesokan harinya, dirinya mendapat kabar kurang menyenangkan dari perwakilan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Jerman yang menginformasikan jika Shinta meninggal dunia karena tenggelam di danau.

Umi sangat merasa kehilangan atas peristiwa itu. Umi pun termasuk dekat dengan Shinta. Setidaknya, setiap dua kali sehari, dirinya melakukan video call dengan Shinta. “Anaknya lucu, periang. Kalau ada apa-apa pasti cerita. Dia juga suka menolong teman-temannya,” jelasnya.

Berdasarkan informasi dari PPI Jerman, Shinta pergi berenang bersama tiga temannya ke Danau yang ada di kawasan kampus. Namun, setelah dua jam berenang, Shinta tak kunjung muncul. Temannya pun meminta bantuan tim rescue setempat. Setelah pencarian cukup lama, akhirnya mayat Shinta ditemukan sudah mengambang keesokan harinya.

Saat ini, keluarga masih menunggu kedatangan jenazah Shinta yang rencananya akan datang di Indonesia pada Kamis (16/8) mendatang.

(fis/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *