Pengamat: Pengaruh Pilwalkot di Pileg Sempit

SUKABUMI– Partai politik yang memenangkan pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota di Pilwalkot 2018, kemarin tidak akan sejalan dengan raihan suara di Pileg 2019 mendatang. Pasalnya, dalam pemilihan langsung yang dipilih oleh masyarakat ini tetap yang dipilih itu ada sosok calon legislatifnya.

“Tidak ada jaminan Bacaleg yang berangkat dari partai pendukung itu akan menang. Tetap masyarakat melihatnya figur orang yang mencalonkan,”ujar Pengamat Politik, Asep Deni saat dihubungi Radar Sukabumi, (8/3) kemarin.

Bacaan Lainnya

Asep Deni pun mencontohkan ketika di Pilwalkot lalu, kalau melihat kinerja partai semestinya pasangan Ijabah yang memenangkan pertarungan Pilwalkot lantaran mereka memiliki 13 kursi di Legislatif. Tapi buktinya pasangan Faham yang menang dengan 7 Kursi di legislatif. “Berarti logiknya berbicara raihan kursi tidak menentukan partai itu akan menang di berbagai even politik. Tetap saja sosok figur yang diperhitungkan,” jelasnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, kemenangan pasangan Faham itu bukan kemenangan partai saja. Tapi memang kemenangan partai pengusung, pendukung dan relawan yang memang lebih banyak. “Jadi kalau politisi bilang kemenangan Faham itu kemenangn partai pengusung, itu politisi tidak cerdas. Ga boleh mengklaim seperti itu, kan ada partai pendukung dan juga relawan yang mendominasi lebih banyak,” jelasnya.

Dijelaskan Asep Deni sehingga di Pemilihan legislatif itu yang paling utama yakni memilih orangnya, kedua partainya. Namun Raihan suara Pileg ini sangat berpengaruh terhadap partai besar ditingkat nasional. ” Misalkan PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra dan PKS memungkinkan masih tetap besar dan berpengaruh ke Pileg daerah,” ujarnya.

Namun tetap Bacaleg yang menguni partai besar harus berjuang keras. Apalagi banyak munculnya partai- partai baru. ” Ini menjadi tantangan berat dengan adanya partai baru,”pungkasnya. (bal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *