Pengalaman Dramatis Pendaki Terjebak di Gunung Rinjani (1)

Ketika gempa 4,6 skala Richter mengguncang bumi Nusa Tenggara Barat (NTB), ratusan pendaki berada di Gunung Rinjani. Mereka pun terjebak di gunung yang masih aktif itu.

SAHRUL YUNIZAR, Lombok Timur

Bacaan Lainnya

MINGGU pagi (29/7) M. Barep Gandaria belum lama bangun dari tidur Dia kemudian menyeduh air, membuat kopi ke dalam cangkir sambil menahan pening kepala. Bagi pemuda yang akrab dipanggil Em itu, minum kopi adalah cara terbaik menghangatkan tubuh. Apalagi, saat itu dia tengah berada di sekitar bibir kaldera Gunung Rinjani, Danau Segara Anak. Hawa dingin menusuk tulangnya.

Namun, belum habis kopinya, Em dibuat kaget. Gempa cukup keras mengguncang tanah yang dia injak. Tubuhnya limbung. Tanah bergetar. Bahkan, tebing-tebing di sekitar Sagara Anak longsor. ”Mengerikan. Gempanya sangat kuat. Saya hampir jatuh,” ujar Em menceritakan pengalaman yang tak terlupakan berada di Gunung Rinjani saat gempa hebat melanda Pulau Lombok, NTB, itu.

Selasa (31/7) Em ditemui Jawa Pos di base camp pendaki di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Base camp itu terletak di dekat kantor Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), pintu masuk jalur pendakian dari Sembalun. ”Saat itu pandangan saya langsung tertuju ke jalur pendakian ke puncak Rinjani. Sebab, teman-teman saya muncak (menuju ke puncak, Red). Saya tidak ikut naik karena kepala saya pusing,” tuturnya.

Em mengaku panik dan khawatir bukan main melihat dari kejauhan longsoran bebatuan di jalur pendakian yang dilintasi teman-temannya dari Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Bandung. Sadar dalam kondisi terancam, Em lantas membereskan semua perlengkapan pendakian, kemudian menunggu teman-temannya turun.

Selama menunggu, dia terus berdoa. Yang dia pikirkan saat itu bisa segera berkumpul dengan tiga temannya dari Bandung, kemudian turun. Kembali ke Sembalun. Maka, begitu teman-temannya berhasil turun dari jalur ke puncak, Em dan kawan-kawan langsung bergegas ke bawah.

Pengalaman yang tidak jauh berbeda dirasakan Kapusdiklat LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) Suharti. Dia mendaki ditemani 2 staf, 2 porter, dan 1 guide. Dia bermaksud berlibur di sela-sela tugas yang menguras pikiran.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *