Bermodal Nekat, Kini Yusuf Kantongi Jutaan Rupiah Per Bulan

Bandeng tak hanya menjadi hidangan yang lezat. Ikan hasil tambak ini mampu membuka peluang kerja, jasa cabut duri bandeng.

Gresik memang dikenal dengan kuliner berbahan bandeng. Dibalik, kekayaan macam kuliner khas ini ternyata ada yang meraup keuntungan dari keterampilan sebelum bandeng dimasak. Yakni, usaha bandeng cabut duri. Hasil dari usaha ini, adalah bandeng tanpa duri yang semakin banyak peminatnya.

Sayang tak banyak masyarakat Gresik yang memiliki usaha ini. Padahal banyak pengusaha kuliner yang berminat. Salah satu dari sedikit warga yang menekuni jasa cabut duri ini ada di Jalan Sindujoyo gang 10 C RT 03 RW 02 Kelurahan Lumpur, Kecamatan Gresik. Saat Radar Gresik mendatangi, terlihat empat karyawannya sibuk mengolah bandneg segar dari sbeuah bak besar. Mar’atus Sholikha, 49, warga Sindujoyo terlihat membelah bandeng segar di hadapannya. Ia menyayat daging bandeng dengan tipis pada bagian dalamnya. “Ini durinya diambil satu persatu menggunakan pinset,” jelasnya.

Ia memilih mencabut duri bandeng, dibanding berdiam diri sebagai ibu rumah tangga. Menurutnya, tidak ada kata sepi untuk bisnis sat uini. “Saya bisa menyelesaikan mencabut duri bandeng 15 ekor dalam waktu satu jam, rata-rata berat per bijinya 4 ons,” sebut dia.

Meski memiliki modal pas-pasan, Yusuf sukses mengembangkan bisnis bandeng cabut duri. Bahkan,usaha yang dimulai sejak 5 tahun lalu itu kini beromzet sekitar Rp 10 juta per bulan. “Modal awal usaha saya hanya Rp 1,5 juta dan model nekat,” kata Yusuf.

Yusuf melakukan semua usahanya sendiri, dari mulai pencabutan duri bandeng, pengolahan hingga pemasaran.Dan kini, ia bisa mempekerjakan empat karyawan yang merupakan masyarakat setempat. “Meski dijalankan dan dikelola secara manual, usahanya tak hanya berkembang di Gresik saja, juga Surabaya, Tuban hingga Malang,” sebut dia

Ia mengaku bisa menyelesaikan pencabutan duri bandneg hingga 100 ekor sebanyak rata-rata 50 kilogram per harinya. Keinginannya bisa mengembangkan bisnis lebih besar. Namun Yusuf mengaku masih kesulitan karena belum memiliki konsultan pemasaran atau pendamping kewirausahaan.“Harapannya bisnis kuliner ini bisa berkembang dan menjadi salah satu oleh-oleh khas kota Gresik, selain bandeng presto dan otak – otak bandeng,” tandasnya. (*/rtn)

(sb/est/ris/JPR)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *