Kisah Mualaf Saat Menjalankan Ibadah Puasa

Bulan Ramadhan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu seluruh umat Islam di seluruh dunia. Terutama orang-orang yang beriman.

Lantaran dalam bulan Ramadhan semua amal ibadah dilipat gandakan. Dalam bulan Ramadhan juga ada kewajiban yang harus dilakukan umat Islam yakni melaksanakan puasa selama satu bulan. Dalam menjalankan puasa mungkin bagi umat Islam yang sudah terbiasa tidak ada kendala.

Bacaan Lainnya

Namun bagaimana dengan seorang mualaf yang baru pertama kali menjalani ibadah puasa. Seperti yang dijalani Stephen Sanjaya (19).

Pria yang akrab disapa Stephen pernah hidup dalam kebingungan yakni karena kedua orangtua yang berbeda agama, ayahnya yang merupakan seorang Katolik dan ibunya yang merupakan seorang Islam. Hal ini membuat Stephen merasa bingung lantaran karena merasa tidak jelas.

Stephen yang tinggal di Kampung Rawa Belut, Desa Cibadak, Kecamatan Pacet, Cianjur ini mengaku, selama itu agama yang dianutnya adalah atas kemauan saudaranya.

“Saat saya pulang kampung ke keluarga mamah, saudara dari mamah menyuruh saya mengaji, salat dan pergi ke masjid. Dan saat pergi ke saudara papa pun saya disuruh pergi ke gereja. Sayapun mengikuti kedua hal itu,” jelasnya.

Saat melakukan hal itu juga dirinya tidak merasa ingin mecari tahu kenapa dan mengapa, hanya merasa bingung dan akhirnya menikmatinya.

Ketika usianya menginjak 17 tahun, Stephen merasa dirinya sudah dewasa dan mulai memutuskan untuk memilih salah satu agama dari kedua orangtuanya.

“Saya seperti mempelajari kedua agama itu dan saya terus memahami diantara kedua agama itu. Berbagai pertanyaan dibenak saya tentang kepercayaan mulai muncul. Saat itu saya memiliki keraguan tentunya dan hari itu nenek saya telah mencerahkan keraguan saya,” kata Stephen.

Dua kalimat Syahadat diucapkannya begitu tulus dan menandakan bahwa dirinya telah menjadi seorang muslim. “Saat saya sudah menentukan agama saya, alhamdulillah respon mereka baik semua dan gak neko-neko,” ujarnya.

Stephen yakin bahwa Allah SWT menyayanginya, hal ini dia rasakan dari perubahan yang dia rasakan,
“Intinya Allah SWT sayang pada saya dan Dia beri jalan untuk saya kembali pada jalan-Nya,” ungkap Stephen dengan tegas.

Pengalaman yang tak pernah dia rasakan sebelumnya pun akhirnya dia rasakan, seperti berpuasa di bulan Ramadhan.

“Pastinya kaget pas pertama karena laper dan haus banget, sempet pengen godin tapi alhamdulillah godaan-godaan itu pergi. Dan kebetulan saat ngerasain puasa pertama kali itu saat itu saya sedang sekolah dan sedang diklatsar kewiraan dimana harus berpuasa sambil merasakan pendidikan dari kewiraan, yang tergeregetnya adalah masuk nyebur balong terus dijemur di lapang dan banyak melakuakan aktivitas beratnya saat kewiraan,” paparnya.

Selain menahan diri dari godaan alias puasa, Stephen juga melakukan budaya ngabuburit.

“Biasa pergi main dengan kawan-kawan untuk motor-motoran karena kebetulan saya juga ikut dalam komunitas motor. Biasanya nongkrong sama temen-temen maen gitar-gitaran. Tapi ngabuburit yang paling simpel dan sering buat saya adalah tidur,” jelasnya.

Godaan terberat bagi Stephen saat puasa pertamanya adalah melihat kawan-kawannya makan di depannya.

“Temen-temen juga ada yang gak puasa waktu itu dan mereka cuek-cuek aja makan di depan saya. Meski mereka nawarin tapi tetep saya tolak, itulah godaan terbesar saya melihat orang makan,” ungkap Stephen.

Stephen juga mengatakan, setelah masuk Islam hidup saya menjadi lebih bahagia dan terarah.

“Yang jelas saya senang dan bangga masuk Islam karena menjadi salah satu bukti kebaikan Allah telah tuntun saya,” pungkasnya.
(radar cianjur/sar)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *