Miras Oplosan, 13 Orang Menjadi Korban, 5 Meninggal

Kasus miras oplosan di Kota Pahlawan ibarat fenomena gunung es. Sejak Jumat (20/4) lalu, banyak korban yang berjatuhan. Ternyata, korban bukan hanya warga Pacar Keling IV yang berjumlah tiga orang. Tetapi masih banyak korban miras oplosan di daerah lain.

Total, miras oplosan itu memakan korban sebanyak 13 orang. Lima orang di antaranya sudah meninggal dunia. “Para korban saat ini dirawat di RSUD dr. Seotomo Surabaya. Ini catatan sejak hari Jumat lalu hingga hari ini,” jelas Kepala Instalasi PKRS dan Humas RSUD dr. Soetomo Pesta Parulian ME SpAn kepada Jawa Pos.com, Selasa (24/4) petang.

Bacaan Lainnya

Lima pasien yang tewas masing-masing adalah Rio Cresna Putra, 21, warga Ploso; Soegeng, 52, warga Rangkah Rejo Lebar; Gregorius Oky, 22, warga Kejawan Putih Tambak; Pramuji, 51, warga Pacar Keling dan Ashar, 28, warga Ampel Mulia.

Rata-rata, para korban tewas saat dibawa ke RSUD dr. Soetomo sudah dalam kondisi parah. Sebagian besar dari para korban adalah rujukan dari RSUD Soewandhi. “Ini kami terus berkomunikasi dengan Soewandhi. Diminta siap-siap, katanya ada tiga orang yang dirawat intensif di sana,” tambah Pesta.

Pesta melanjutkan, mayoritas para korban mengalami gejala serupa. Yakni mengeluh sesak nafas, pandangan kabur, kejang-kejang, hingga tak sadarkan diri.

Untuk penanganan medis, para pasien tersebut harus melakukan cuci darah. Dengan begitu racun yang terkandung di dalamnya bisa dikeluarkan. “Lima orang masih berada di IGD untuk perawatan intensif. Harus cuci darah,” ungkapnya.

Salah seorang pasien miras oplosan yang saat ini masih dirawat di RSUD dr. Soetomo adalah Novarianto, 38, warga Sidotopo Perdukuhan. Try Agus Setiawan, adik korban menceritakan, sang kakak meminum miras seorang diri. Dia menenggaknya di seberang gang kampung rumahnya, Jumat dini hari (20/4) kemarin.

“Besoknya masku nggak bisa lihat sama sekali. Lambungnya sakit, muntah-muntah,” papar Try.

Karena gejala itu, Novrianto langsung dilarikan ke RSUD Soewandhi. Namun, karena kondisinya perlu mendapatkan penanganan lebih, dia dirujuk ke RSUD drm Soetomo. Try mengungkapkan, kakaknya sebenarnya biasa minum minuman beralkohol.

Ia pun heran kalau Novrianto sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Dia curiga bila yang diminum itu sudah dioplos oleh penjualnya. “Ngakunya, beli di Sidotopo,” imbuh Tri.

Serupa dengan Novrianto, Rizal Setyo, 19, warga Oro-oro, juga mengalami gejala yang sama. Dia masuk ke RSUD dr. Soetomo, Selasa siang. “Senin pagi muntah dan matanya nggak bisa lihat. Malamnya, muntah lagi lima kali,” tutup ayah Rizal, Basuki Rahmat.

Basuki yang ikut mengantar anak ketiganya ke rumah sakit mengatakan bahwa, Rizal menenggak miras pada Sabtu malam (21/4) hingga Minggu dini hari (25/4). “Tadi pagi saya bawa ke Soewandhi, tapi akhirnya dirujuk ke sini. Karena katanya yang ke sini diprioritaskan untuk korban miras,” lanjut Basuki.

Sebagai orang tua, kini dia hanya bisa pasrah serta berharap agar Rizal cepat pulih. Hal itu menjadi pembelajaran dikemudian hari. Dia berharap, agar polisi bisa memberantas penjual miras oplosan. Basuki sangat mendukungnya.

“Harus diberantas. Racun itu,” ujar Basuki.

Miras oplosan nampaknya menjadi pekerjaan rumah bagi kepolisian di Kota Pahlawan. Sebelumnya tiga orang warga di Pacar Keling tewas karena oplosan. Selasa siang tadi, juga ada seorang kuli yang tewas usai pesta miras. Meskipun kematiannya diduga kuat karena turut mengkonsumsi 10 butir obat anti mabuk, obat daftar G, serta obat batuk.

Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan sendiri berulang kali menegaskan komitmennya untuk memberantas miras. Tiga orang pelaku juga sudah ditangkap yang berperan sebagai peracik dan pengedar oplosan sudah ditangkap.

“Kami terus minta Polsek-polsek agar giat operasi. Kami lombakan, tentu ada reward dan punishmentnya,” tegas Rudi beberapa waktu lalu.

(did/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *