Balada Anak Satpam UGM

“Saya kerja di tempatnya orang-orang pintar. Saya jadi ingin anak saya nanti bisa seperti orang-orang ini,” ucapnya.

Dari keinginannya itu, Teguh pun mendukung anaknya untuk melanjutkan studi di Prodi Antropologi UGM selepas menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Meski harus cukup banyak berkorban baik dalam segi moril maupun materiil.

“Utang sana-sini. Tapi saya yakin kalau uang itu digunakan untuk hal yang baik nanti akan ada penggantinya. Dan nyatanya sampai sekarang kami bisa hidup cukup dan empat anak kami semua kuliah,” kisahnya.

Dukungan dari orang tuanya itu, membuat Tyas bersungguh dalam menempuh pendidikan. Ia menyelesaikan S-1 dalam jangka waktu 3 tahun 7 bulan.
Setelah lulus, Tyas menjadi peneliti di Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK) UGM. Kemudian, dia lalu memutuskan untuk melanjutkan S-2.

“Meski awalnya saya tidak yakin bisa kuliah, Bapak yakinkan bahwa saya bisa kuliah. Tapi waktu saya mau S-2 bapak tidak bisa membiayai lagi karena adik-adik saya juga masih sekolah semua,” ujarnya.

Tyas pun berambisi untuk membiayainya sendiri. Bekerja sampingan untuk menambah penghasilan bahkan sampai bekerja di warung kopi hingga jualan. “Dulu pernah berjualan salak,” ucapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *