Jalan-jalan Ke Museum Konservasi Elang Jawa Resort Cimungkad TNGGP Sukabumi

Kesadaran masyarakat terutama generasi muda Sukabumi, untuk berkunjung ke museum mulai terlihat ada peningkatan. Museum Konservasi Elang Jawa di Resort Cimungkad, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Kabupaten Sukabumi yang letaknya cukup jauh dari pusat pemerintahanpun mulai ramai pengunjung. Selain terdongkrak musim libur panjang, para wisatawan mengajak serta anggota keluarganya untuk mengingat kembali sejarah penemuan Elang Jawa di sini. Berikut liputannya.

WIDI FITRIA, Sukabumi

Bacaan Lainnya

Hari perdana di Tahun Baru 2018, Ayi Mohamad Toha, kebanjiran wisatawan. Mereka sengaja datang ke Museum Konservasi Elang Jawa di Resort Cimungkad, TNGGP, Kabupaten Sukabumi.
Di tempat ini rombongan wisatawan jadi tahu sejarah penemuan Elang Jawa yang pertama kalinya oleh seorang berkewarganegaraan Jerman. Selama libur panjang, ternyata jumlah pengunjung ke museum ini naik drastis hingga 100 persen.

“Dari seminggu kemarin juga sudah mulai ramai, karena selain long weekend anak-anak sekolah juga libur,” terang Ayi kepada Radar Sukabumi, kemarin (1/1).

Sebagai Kepala Resort Cimungkad TNGGP Kabupaten Sukabumi, Ayi menjelaskan, awalnya museum tersebut dibangun untuk pendidikan konservasi Elang Jawa dan mengenang seorang ahli burung berkebangsaan Jerman yaitu Max Edward Gottlieb (Meg,red).

Ia merupakan orang pertama yang menemukan Elang Jawa di hutan Cimungkad, pada 1924 lebih dari seabad silam. Namun, kini populasi burung garuda tersebut sudah mulai langka. Bahkan, lembaga konservasi dunia memasukkan Elang Jawa dalam daftar merah satwa yang terancam punah.

“Elang Jawa merupakan satwa endemik yang mempunyai nama latin Spizaetus Bartelsi ini, telah ditetapkan sebagai satwa nasional,”katanya.

Sosoknya yang gagah perkasa, lanjut Ayi, menjadi inspirasi bagi para pendiri bangsa saat menetapkan lambang negara Republik Indonesia Garuda Pancasila.

Museum tersebut dibangun untuk pendidikan konservasi Elang Jawa. Selain berwisata ke alam terbuka, pengunjung mendapatkan wawasan tentang burung Elang Jawa. Wisatawan yang ingin mengetahui berbagai jenis elang seperti elang hitam ada di Museum Konservasi Cimungkad ini.

“Awalnya tempat ini dulunya merupakan Stasiun Penelitian Bartelsi itu Max Bartelsi di Resort Cimungkad, kemudian sekarang dikembangkan kembali untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat yang ingin mengetahui tentang keberadaan Elang Jawa, khususnya yang berada di TNGGP ,”ulasnya.

Sementara itu, salah seorang pengunjung Restu Purnama(23) mengaku baru pertama kali datang ke pusat konservasi Elang Jawa ini. Ia sangat mengagumi museum itu lantaran di dalamnya terdapat sejarah lahirnya penemu pertama Elang Jawa, Max Edward Gottlieb. Dilengkapi dengan foto-foto hasil penelitian Max selama dia tinggal di Indonesia.

“Kalau ke wisata Bartel baru pertama kali melihat sejarah ini, sebelumnya saya belum tahu tentang Bartel padahal Bapak Bartel ini adalah penemu Elang Jawa yang ada di sini, ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang siapa penemu Elang Jawa di sini,” terangnya.

Baginya, tempat ini bisa menjadi salah satu referensi saat mengisi liburan panjang dengan jarak satu kilo meter dari Resort Cimungkad.

“Biaya masuk ke sini murah banget, hanya Rp16 ribu dapat bermain dan menambah wawasan kita,”urainya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *