Mendengar Cerita Nelayan yang Dihantam Badai Cempaka (1)

Dua perahu sope (kincang) berbahan piber tenggelam di laut Pacitan, Provinsi Jawa Timur pada Selasa (28/11) lalu. Keduanya diterjang badai cempaka saat menerjang pulau Jawa. Dalam perahu itu, satu dari dua nelayan merupakan warga Kampung Panyairan, RT 01/19, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Yudi (30).

PERLI RIJAL, PALABUHANRATU

Bacaan Lainnya

Hening dan gelisah. Ya, suasana itulah yang dirasakan keluarga Yudi, nelayan yang hilang akibat terjangan badai Cempaka. Bukan hanya keluarga korban, taweu (sebutan pemilik perahu), Daryati (50) pun tak henti-henti menangis saat menyambangi rumah keluarga korban di rumah duka. Lantaran, anak buah kapal (ABK) yang bekerja menggunakan perahunya itu sudah dianggap keluarganya sendiri.

Bahkan, Dodi (35) dan Sudirman (32) memiliki pengalaman yang menakutkan saat badai Cempaka itu menerjang perahu yang ditumpanginya. Dodi dan Sudirman juga berangkat di waktu yang sama, yakni Senin pagi (27/11) lalu.

” Sekitar pukul 14.00 WIB, hujan angin dan badai menerjang kami. Perahu berputar tanpa arah, bahkan sempat seperti kincir. Kami takut dan hanya bertahan di perahu selama dua hari dua malam. Kita tidak berani menangkap ikan, ya hanya bertahan,” jelas Dodi yang diamini Sudirman.

Yang lebih mengerikan, tiga orang dalam perahu Sope Bunga 11 bertahan di atas badan perahu yang terbalik. Mereka adalah Samsu, Udin dan Heri. Ketiga orang itu adalah warga Pacitan, Lampung, Jatim.

“Tiga orang itu bertahan di badan perahu terbalik dengan kondisi basan yang diikat. Makanya badannya pada lecet. Kalau tekong (kapten) perahu Bunga, Ucok (35) juga selamat karena bertahan di basan perahu.

Sementara Yudi dan Solung memaksakan diri berenang karena melihat gunung. Padahal jaraknya jauh dan badainya ganas. Saya juga meminta agar mereka tidak pergi meninggalkan saya. Saya bertahan sendiri di badan jalan selama sehari semalam. Pas besoknya saya ditolong nelayan lain,” tutur Ucok.

Mendapat informasi ada anak buahnya hilang kontak, Dariyati pun sontak kaget bukan kepalang. Ia langsung mengerahkan anak buahnya bersama nelayan lainnya untuk menyisir pantai. “Karena badainya besar, tak ada yang berani mencari ke laut. Setelah badainya berhenti pada Jumat, pencaian ke laut dilakukan tapi tidak membuahkan hasil,” bebernya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *