Kades Sukaresmi Sukabumi Terancam Pidana, Gegara Status WA

Desa Sukaresmi
Warga dari yang tergabung dalam Aliansi Warga Desa Sukaresmi (AWDS) berorasi di depan kantor desa buntut dari status WA kadesnya.

SUKABUMI – ‘Mulut mu harimau mu’ Pepatah ini mungkin pas disematkan kepada Kepala Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jalaludin. Akibat status WhatsApp yang dibuatnya, ia sampai digeruduk warganya sendiri.

Informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, status tersebut berisi “Hayo atulah gera auden dei, hayang ngala Huntuna ada sok pinter bodo batur dasar euweuh otakan,, hayu ah sparingan, hayang panggih diluar secara pribadi (Ayo ingin segera audensi lagi, ingin rontokan giginya, ada yang so pintar, membodohkan orang lain, dasar tidak punya otak,, ayo kita sparring atau duel, ingin ketemu di luar secara pribadi, red).

Bacaan Lainnya

Puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Warga Desa Sukaresmi (AWDS), mengaku kedatangannya ke kantor desa untuk melakukan aksi unjuk rasa menyampaikan kekecewaanya terhadap pimpinannya yang diduga mempersekusi terhadap dua orang warganya. Sedangkan untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, petugas gabungan dari Polri dan TNI diterjunkan.

Koordonator Aliansi Warga Desa Sukaresmi, Rizki Rabiul Tsani mengatakan, ia bersama puluhan warga sengaja mendatangi kantor desa setelah melihat tulisan status yang berkaitan dengan ulah kepala desa yang disinyalir mempersekusi terhadap kedua orang warganya.

“Awalnya kami melihat dari status WhatsApp Pak Kades yang bernada intimidasi. Isi pada statusnya itu ingin mencabut gigi seorang warga. Bukan hanya itu, kades juga mengajak berantem atau sparing,” kata Rizki.

Setelah mengetahui hal tersebut, ia bersama warga lainnya langsung naik vitam dan segera bergegas mendatangi kantor Desa Sukaresmi.

Setiba di kantor desa, mereka langsung melakukan orasi sambil membawa kedua warga yang diduga menjadi korban persekusi kepala desa tersebut.

“Intinya yang menjadi sorotan kami adalah terkait perilaku dan tutur bahasa seorang kepala desa yang sepatutnya tidak dilakukan,” paparnya.

Menurut Rizki, emosi warga semakin menjadi saat melihat video persekusi tersebut mengajak duel sparring selama 15 menit terhadap warga.

Yakni Lui Andrian dan Indra Risandi. Bahkan, Indra Risandi diajak duel selama 15 menit dan meminta kirim lokasi agar dia bisa datang.

“Berarti secara tidak langsung dia sebagai kades merasa punya power lebih. Padahal hal itu, tidak boleh dilakukan karena ini bukan contoh yang baik bagi sesosok publik,” ujarnya.

Saat berorasi, mereka mengingatkan kepada kepala desa agar tidak berprilaku semena-mena. Sebab, menurutnya sosok pemimpin harus lebih bijak dalam menangani persoalan apapun sesuai yang diinginkan masyarakat. “Warga meminta agar perilaku itu, tidak terulang kembali dan dipertontonkan kepada publik,” tandas Rizki.

Setelah melakukan aksi unjuk rasa ini, ia bersama warga yang tergabung dalam AWDS, akan melaporkan dugaan persekusi Kepala Desa Sukaresmi tersebut kepada pihak kepolisian.

“Jadi proses selanjutnya, kita akan menempuh jalur hukum. Bagaimana pun ini masalah hukum dan kita akan melakukan pelaporan kepada kepolisian,” timpalnya.

Bukan hanya itu, mereka juga akan melaporkan hal tersebut kepada intansi terkait dan Bupati Sukabumi atas dugaan persekusi kepala desa terhadap warganya itu.

“Secara kedinasan, kami sabagai warga akan melaporkan ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMPD) Kabupaten Sukabumi,” ujarnya.

Sementara itu, menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Sukaresmi, Jalaludin mengatakan, persoalan tersebut merupakan kesalahan pahaman.

Karena ia menilai bahwa status WhastApp itu, bukan untuk ditunjukkan kepada pribadi atau seseorang. Namun, akibat status WhatsApp dirinya yang salah faham akhirnya berkepanjangan dan dianggap persekusi warga hingga berujung pada aksi unjuk rasa.

“Saya hanya meluapkan kekesalan pribadi, bukan ke warga Sukaresmi. Permasalahan awal saya membuat status WhatsApp adalah karena ada permasalahan pribadi saya,” jelasnya.

Saat ia membuat status di WhtasApp pribadi, ujar Jalaludin kemudian mereka atau warga kirim ke grup WhatsApp Karang Taruna Desa Sukaresmi.

Sewaktu itu, ia menyarankan apabila ada hal yang dipertanyakan, agar tidak menanyakannya di group WahtasApp. Namun, ditanyakan langsung kepada kepala desa secara langsung.

“Kemarin sudah audiensi baik-baik sudah beres. Dikira hari ini tidak ada demo. Namun saya apresiasi kepada kawan-kawan yang memberikan saran dan kritik lebih baik,” imbuhnya.

Untuk itu, jika status pada WhatsApp pribadinya ini dianggap melukai warga Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat, maka ia dengan hati yang tulus telah meminta maaf.

“Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada warga dan melukai kawan-kawan. Tidak ada maksud ke arah sana. Saya sudah jelaskan bahwa status itu bukan untuk warga saya. Itu untuk internal saya pribadi,” pungkasnya. (den)

Desa Sukaresmi
Warga dari yang tergabung dalam Aliansi Warga Desa Sukaresmi (AWDS) berorasi di depan kantor desa buntut dari status WA kadesnya.

Pos terkait