Melihat Aktifitas Guru Sepuh Berusia 85 Tahun di Kecamatan Caringin

Neneh Hasanah (85) Warga Kampung Ciseupan, Desa Seseupan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, masih bersemangat mengajar anak didiknya meski usianya sudah tidak muda lagi. (foto: ist)

RADARSUKABUMI.com – Usia bukan sebuah halangan untuk tetap mengabdi di dunia pendidikan. Adalah Neneh Hasanah (85) Warga Kampung Ciseupan, Desa Seseupan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, diusianya yang sudah sepuh masih melakukan aktifitas mengajar dan belajar di sekolahnya.

Laporan : Handi Salam – Sukabumi

Bacaan Lainnya

Suara yang sudah tidak lantang lagi, langkah yang sudah tegap. Namun, semangatnya masih membara untuk tetap menyebarkan ilmu kepada generasi muda khususnya anak-anak yang bersekolah di Yayasan Pendidikan Islam, Asshariyah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Misbahul Aulad.

Berdasarkan infomasi yang diterima, sekolah tempat dirinya mengabdi sebagai tenaga pengajar merupakan sekolah pertama yang ada di daerah tersebut, bahkan sebelum adanya terbentuk sekolah SD dan MI sekolah tersebut sudah aktif mengajar dengan menciptakan generasi yang sukses.

Adalah Solihin yang pertama kali mengabarkan keberadaan guru tersebut. Menurutnya, sosok yang akrab dipanggil Mamah ini tidak hanya mengajar murid yang masih muda tetapi sekali-kali mengisi pengajian.

“Ia itu teh sekolah pertama, saat wilayah Caringin masuk kecamatan Cibadak dulu. Meski, kondisi sekolah saat ini belum maksimal mendapatkan perhatian pemerintah, namun murid-muridnya masih ada dan tetap belajar sebagai mestinya, “jelas Solihin saat dihubungi Radar Sukabumi, Selasa (28/01).

Bahkan, menurut pengakuan Neneh dirinya sudah menciptakan banyak lulusan yang menjadi orang sukses dan penting yang tersebar di wilayah Indonesia. “Ya banyak muridnya menjadi orang penting, tinggal di Bandung dan bahkan di Papua, “cetusnya.

Untuk mengajar sendiri, sosok mamah ini mengajar kelas secara ikhlas. Bahkan saat ditanya, dirinya tidak mengharapkan gaji yang lebih. Akan tetapi kecintaanya terhadap pendidikan menjadi modal yang utama.

“Mamah maunya mengajar kepada anak-anak, saya sedekah uang tidak punya. Hanya ini sedekah ilmu yang saya bisa berbagi ilmu dengan anak-anak, “tegas Solihin meniru ucapan Neneh

Apalagi hal yang paling mengherankan dan ajaib, di usianya yang sudah menginjak kepala delapan kemampuan membaca dan menulis neneh masih begitu kuat dan normal. “Saya pernah tes, membaca tulisan masih lancar dan menulis juga baik, “bebernya.

Bahkan di sela-sela mengajar, dirinya dipercaya masyarakat sebagai orang yang suka memandikan manyat jika ada yang meninggal. Hal itu, dilakukan neneh hanya sebatas urusan kemanusian dan menambah rezeki untuk menyambung hidup.

“Sosoknya sangat peduli dengan kemanusian, “tandasnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, Neneh mengajar disekolah tersebut tidak sendiri tapi dibantu dengan kerabatnya.

Ada sekitar 90 orang siswa disekolah tersebut, di antaranya semua siswa pasti pernah mendapatkan pelajar dari Neneh. “Untuk pelajaran yang Neneh berikan kepada anak didiknya meliputi pendidikan islam, sejarah sampai bahasa arab,”cetusnya.

Untuk saat ini, diketahui Neneh mengajar di kelas 5 dan kelas 6. Lokasi sekolah dari rumahnya sekitar 100 meter. Setiap pukul 13.00 WIB, Neneh memulai aktivitas di madrasah. Saat ini dirinya sendiri menjabat sebagai kepala sekolah.

“Yang saya dengar dari pengakuan Mamah itu, semua guru anggota keluarga termasuk anak saya semuanya ada empat orang yang mengajar bergantian di beberapa kelas. Kalau gaji ya seadanya karena ada yang bayar bulanan Rp 15 ribu ada juga yang enggak tapi tidak apa-apa,”bebernya.

Sementara itu, Neneh Hasanah (85) mengatakan, memang suka mengajar dari dulu. Alasan mengapa saya mengajar adalah untuk menutupi semua kesalahan dan kekurangan saya, di saat salat saya tidak khusyuk juga infaq saya tidak besar.

Dan tentunya, saya pun ingin mengamalkan apa yang saya tahu,” ucapnya.

Perempuan kelahiran 12 April 1935 tersebut saat ini tinggal bersama anak sulungnya yang bernama Dadang (50), yang juga salah satu guru di madrasah. Suaminya Neneh yang bernama Oim telah meninggal dunia sejak 5 Mei 2005 silam.

“Saya itu punya anak sembilan, tapi meninggal lima. Jadi tinggal empat anak. Sekarang anak saya ada juga yang di Flores. Alhamdulillah kondisi saya sejauh ini sehat. Paling ada gangguan dalam pendengaran saja. Saya InsyAllah berniat akan mengajar hingga ajal menjemput saya. Saya tidak menjadi PNS dan rezeki itu selalu ada,”tegasnya.

Sementara itu, Dina salah seorang pendidik sekaligus putri dari Neneh mengaku kagum dengan semangat ibunya itu.

Mengajar sejak 60 tahun lalu namun tidak sedikitpun mengurangi keinginannya untuk mengajar. “Semangat ibu memang luar biasa, lebih dari kita-kita yang muda-muda. Kita mah kadang-kadang ada rasa bosannya,”tukasnya . (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *