Bunda Apey, Wanita Cantik Pecinta Hewan Buas asal Karawang

Bunda Apey, wanita asal Karawang yang hobi memelihara hewan buas

RADARSUKABUMI.com – Bagi sebagian banyak orang memelihara hewan biasanya lebih memilih yang lucu dan menggemaskan.

Namun, bagaimana jadinya jika hewan yang dipelihara adalah hewan tak lazim? Hal inilah yang dilakoni oleh seorang perempuan cantik asal Kabupaten Karawang.

Bacaan Lainnya

Bunda Apey biasa ia disapa oleh rekannya. Ia memiliki hobi unik dan nyeleneh, yakni memelihara hewan buas. Hewan peliharaan tersebut tergolong hewan yang dapat membahayakan orang seperti ular, buaya, dan hewan lainnya.

Kepada Pojokjabar.com (Radarsukabumi.com grup) Bunda Apey bercerita banyak perihal alasan ia memiliki hobi koleksi hewan berbahaya.

“Saya menyukai semua jenis hewan. Sebuas apapun hewan jika kita bisa memberikan kasih sayang dan kehidupan yang layak semisal kandang dan makanan, Insya Allah hewan tersebut bisa bersahabat,” ucap Bunda Apey, Rabu (31/10/2019).

Tak hanya itu, baginya memelihara hewan buas memiliki kesan berbeda dari biasanya.

“Meskipun begitu, kita tetap harus waspada dan selalu berhati-hati dalam memelihara hewan buas,” katanya.

Bunda Apey sudah menekuni hobinya memelihara hewan sejak masih kecil. Namun saa itu ia hanya memelihara kucing dan anjing. Sedangkan hobinya memelihara hewan buas jenis reptile dimulai sekitar tahun 2000.

“Dulu setiap mau beli ular, saya harus ke Bandung, karena di daerah Cikampek dan Karawang masih jarang,” katanya.

Sementara dimulai tahun 2013 sampai sekarang, ia fokus menekuni hobi memelihara reptile dan gabung dengan komunitas.

Barulah pd thn 2013/2014 fokus di hobby reptile, dan di tahun 2015 bergabung pada satu wadah Komunitas Reptile Exotic Cikampek (RETIC).

Ada beberapa hewan buas yang dikoleksi oleh perempuan single ini. Misalnya saja ular, biawak, iguana, gecko, toke, sugarglider, musang, garangan, dan lainnya.

Selain hobi, kata Bunda Apey, ia bersama anggota komunitas juga sering memberikan edukasi hewan kepada pelajar.

“Biasanya satu minggu sekali kita kumpul dan tiga bulan sekali edukasi ke wilayah pelosok yang masih sering terdapat ular masuk ke rumah warga,” ungkapnya.

Sementara itu, Bunda Apey juga sempat menceritakan pengalaman pahitnya berteman dengan hewan buas. Dia mengaku sering diserang hewan peliharaannya seperti digigit ular, bahkan pernah digigot musang dan kadal tegu.

Meski begitu, Bunda Apey mengaku tetap menyayangi hewan. Ia juga tidak mempermasalahkan soal biaya pengeluaran untuk memberi makan hewan buas peliharaannya.

Untuk ular yang paling besar berukuran 4 meter semua biaya makan ditanggung oleh komunitas.

“Untuk biaya hewan-hewan yang lain kurang lebih Rp400 ribu sebulan,” ujarnya.

Berikut ini foto-foto Bunda Apey:

(pojokjabar/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *