Misteri Suara Dentuman Terjawab

Aktivitas gungung Anak Krakatau terus mengali peningkatan. Bahkan, BMKG meningkatkan statusnya dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) karena ada peningkatan aktivitas.

SUKABUMI – Teka-teki suara dentuman misterius yang menghebohkan masyarakat Sukabumi, Cianjur, Garut, Bandung dan daerah lainnya di Jawa Barat dan Sumatra Selatan (Sumsel) akhirnya terpecahkan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memastikan ternyata memang sudara dentuman tersebut berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

Dikatakannya memang dentuman suara akibat erupsi itu sangat besar. Sehingga, bukan tidak mungkin terdengar sampai ke Sumsel terlebih lagi arah angin menuju ke Timur. “Jadi kemungkinan suara dentuman nya sampai kesana dibawa oleh angin,” katanya saat dihubungi.

Bacaan Lainnya

Ia mengaku kondisi gunung api anak krakatau ini menyebabkan getaran. Bahkan, terjadi hujan petir di sekitara gunung tersebut. Meskipun begitu, dirinya mengaku tidak mencatat besaran getaran karena getaran dicatat oleh BMKG. Saat ini, ia mengaku erupsi terus terjadi di Gunung Api Anak Krakatau ini. Bahkan, skala waktunya setiap 30 detik hingga dua menit sekali. “Erupsi ini terus terjadi sejak bulan Mei lalu hingga saat ini,” terangnya.

Disinggung potensi terburuk bagi Sumsel akibat erupsi tersebut, dirinya menambahkan jika Sumsel apalagi Palembang memiliki jarak cukup jauh. Namun, jika hujan tidak terjadi maka potensi debu dapat terbawa sampai Palembang akibat terbawa angin. Karena itu, dirinya mengimbau jika debu telah sampai Palembang maka masyarakat diharapkan memakai masker. “Kalau dampak getaran itu jauh dan tidak sampai pada Palembang, Sumsel,” tutupnya.

Suara Dentuman di Sukabumi, Pernah Terjadi di Negara Bagian Amerika. Cek Faktanya

Sementara itu, terkait meningkatnya aktivitas Gunung Akan Krakatau (GAK), BMKG berupaya memperbaiki sistem peringatan dini di selat Sunda. Upaya ini dilakukan untuk antisipasi adanya gelombang tsunami yang dipicu erupsi GAK. Apalagi sejak kemarin (27/12) pagi, status GAK dinaikkan dari level II (waspada) ke level III (siaga).

Kepala bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana menuturkan yang saat ini dilakukan BMKG adalah mempersiapkan pemasangan tiga unit tide gauge. Alat tersebut dilengkapi dengan sensor yang fungsinya untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. BMKG berupaya tiga unit tide gauge itu dipasang segera.

’’Secepatnya. Januari bisa terpasang,’’ kata Taufan kemarin (27/12). Dia menuturkan dengan adanya perangat tide gauge tersebut, diharapkan mampu membaca adanya potensi-potensi tsunami. Khususnya tsunami yang dipicu longsoran bawah laut maupun eurpsi GAK.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *