Perkuat Komitmen Sekolah Menangani ABK

SIDOARJO – Tepukan penonton membuat Muhammad Haikal dan Sean tersenyum lebar. Lagu Jangan Menyerah yang dinyanyikan dua siswa inklusi SDN Sedati Agung itu membuat orang tersentuh.

Setiap lirik yang disampaikan mengajak orang untuk tidak putus asa. Meski punya keterbatasan, mereka bisa berprestasi.

Penampilan tersebut mengawali pembukaan Sarasehan Penguatan Peran dan Fungsi Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Inklusif di
tingkat Sidoarjo.

Awal pekan kemarin, sebanyak 30 perwakilan dari seluruh sekolah penyelenggara pendidikan inklusi hadir. Mereka berdiskusi untuk membahas misi sekolah tanpa diskriminasi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo Asrofi menyatakan, setiap pendidikan formal harus terbuka untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Mereka bisa belajar di mana saja. ’’Harus ditumbuhkembangkan,’’ ujarnya.

Menurut dia, siswa inklusi bukan anak yang kurang mampu. Meski memiliki keterbatasan, terdapat potensi di bidang lainnya.

Asrofi mencontohkan anak yang tampil saat pembukaan acara itu. Meski ada satu kemampuan yang hilang, mereka bisa unjuk
gigi dengan tari dan nyanyi. ’’Tidak boleh dikucilkan. Di sekolah senang, di rumah juga senang,’’ tuturnya.

Ketua II Panitia Sarasehan Pokja Pendidikan Inklusi Sadji mengatakan, kegiatan tersebut berlangsung dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Nasional. Tujuannya, memperkuat komitmen sekolah sebagai penyelenggara pendidikan inklusi. ’’Kegiatan ini masuk tahun kedua,’’ katanya.

Menurut Sadji, masih ada beberapa sekolah yang belum berkomitmen. Karena itu, sarasehan tersebut perlu diadakan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi.

Pertama, minimnya guru pembimbing khusus (GPK) yang berlatar belakang pendidikan luar biasa (PLB). Sementara itu, jumlah siswa inklusif bertambah banyak. ’’Perlu sinergi yang kuat,’’ ucapnya.

Kedua, sarana dan prasana. Pihak sekolah harus memenuhi kebutuhan ABK. Sadji mencontohkan tunadaksa yang memakai kursi roda. Pihak sekolah harus memiliki jalur landai sebagai lintasannya.

Di kamar mandi juga disediakan toilet duduk yang sesuai. ’’Kalau itu terpenuhi, sekolah tanpa diskriminasi akan tercapai,’’ paparnya.

(oby/c15/ai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *